Aku suka kegelapan. Bila ruangan tak ada cahaya, aku sangat senang. Entah apa alasannya, yang pasti aku sangat suka kegelapan.
Jika gelap, aku lebih leluasa melakukan semua hal yang ku mau tanpa
diketahui seorang pun. Aku bisa memakai lipstick ibuku, mencoret-coret
dinding ruang tamu, dan bermain tangkap hantu (ini tuh permainan buatan
mimin sama adik mimin waktu kecil. kayak sejenis petak umpet, tapi cuma
satu orang yang ngumpet. satu orang itu berperan sebagai hantunya)
bersama adikku.
Pada suatu malam, aku sedang mengerjakan PR di
dalam kamar. Tentu saja sendirian, namun ruanganku dalam keadaan terang
benderang. Karena, ayah bilang, kalau ingin membaca/menulis lebih baik
didalam ruangan yang terang.
Saat aku sedang asyik mengerjakan
tugas, tiba-tiba semua lampu yang ada dirumahku mati. Aku terkejut dan
segera meraih senter yang ada didalam meja belajarku. Aku menyalakannya
dan berjalan perlahan menuju pintu kamar. Tiba-tiba, aku merasa bahwa
lenganku digenggam oleh sebuah tangan mungil. Aku menoleh dan menyorot
si pemilik tangan.
"Ta, atut." ujar adikku yang masih berumur 3 tahun.
"Tenang dek, kakak disini kok." aku tersenyum kearahnya dan segera menggendongnya.
Aku berjalan perlahan dan jantungku berdegup kencang. Aku amat senang
karena akhirnya aku bisa merasakan rasanya berada ditengah kegelapan
yang pekat. Aku berjalan menyusuri lorong dan meraba dinding agar tidak
menabrak sesuatu.
Saat aku sedang meraba dinding, aku menyentuh
sebuah benda berambut panjang. Aku panik sekaligus penasaran. Aku segera
mengarahkan senterku kearah benda tersebut.
"Ibuku? Bikin kaget aja nih." aku tertawa kecil, sementara ibuku hanya menyeringai lebar.
Tiba-tiba.....
"Kakak! Adek! Ngapain gelap-gelapan disana?! Cepetan kesini!" suara ibuku menggema diseluruh lorong.
Saat itu juga, keringat dingin mengalir deras di tubuhku, jantungku
berdegup kencang dan terasa seperti ingin pecah. Adikku memeluk tubuhku
sangat erat dan berbisik, "siapa?".
Aku memberanikan diri untuk
memeriksa tempat dimana aku menyentuh kepala ibuku. Aku semakin
ketakutan ketika melihat tak ada apapun disana. Tanpa basa-basi, aku
segera berlari menyusuri lorong sambil memeluk erat tubuh adikku. Saat
aku menemukan ibuku, aku langsung memeluknya dan menangis
sekencang-kencangnya.
"Ibu, aku takut." aku meraung sambil menangis dipelukannya.
"Tenang sayang, ada ibu disini." ibu mengusap kepalaku dan adikku.
Sekarang, aku benci gelap. Ketika aku berada diruangan gelap, aku akan
pergi kepojok ruangan, meringkuk disana hingga tertidur. Jika hal itu
tidak kulakukan, maka kepala itu akan selalu ada kemanapun aku pergi.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar