Rabu, 09 Maret 2016

dark

Aku suka kegelapan. Bila ruangan tak ada cahaya, aku sangat senang. Entah apa alasannya, yang pasti aku sangat suka kegelapan.
Jika gelap, aku lebih leluasa melakukan semua hal yang ku mau tanpa diketahui seorang pun. Aku bisa memakai lipstick ibuku, mencoret-coret dinding ruang tamu, dan bermain tangkap hantu (ini tuh permainan buatan mimin sama adik mimin waktu kecil. kayak sejenis petak umpet, tapi cuma satu orang yang ngumpet. satu orang itu berperan sebagai hantunya) bersama adikku.
Pada suatu malam, aku sedang mengerjakan PR di dalam kamar. Tentu saja sendirian, namun ruanganku dalam keadaan terang benderang. Karena, ayah bilang, kalau ingin membaca/menulis lebih baik didalam ruangan yang terang.
Saat aku sedang asyik mengerjakan tugas, tiba-tiba semua lampu yang ada dirumahku mati. Aku terkejut dan segera meraih senter yang ada didalam meja belajarku. Aku menyalakannya dan berjalan perlahan menuju pintu kamar. Tiba-tiba, aku merasa bahwa lenganku digenggam oleh sebuah tangan mungil. Aku menoleh dan menyorot si pemilik tangan.
"Ta, atut." ujar adikku yang masih berumur 3 tahun.
"Tenang dek, kakak disini kok." aku tersenyum kearahnya dan segera menggendongnya.
Aku berjalan perlahan dan jantungku berdegup kencang. Aku amat senang karena akhirnya aku bisa merasakan rasanya berada ditengah kegelapan yang pekat. Aku berjalan menyusuri lorong dan meraba dinding agar tidak menabrak sesuatu.
Saat aku sedang meraba dinding, aku menyentuh sebuah benda berambut panjang. Aku panik sekaligus penasaran. Aku segera mengarahkan senterku kearah benda tersebut.
"Ibuku? Bikin kaget aja nih." aku tertawa kecil, sementara ibuku hanya menyeringai lebar.
Tiba-tiba.....
"Kakak! Adek! Ngapain gelap-gelapan disana?! Cepetan kesini!" suara ibuku menggema diseluruh lorong.
Saat itu juga, keringat dingin mengalir deras di tubuhku, jantungku berdegup kencang dan terasa seperti ingin pecah. Adikku memeluk tubuhku sangat erat dan berbisik, "siapa?".
Aku memberanikan diri untuk memeriksa tempat dimana aku menyentuh kepala ibuku. Aku semakin ketakutan ketika melihat tak ada apapun disana. Tanpa basa-basi, aku segera berlari menyusuri lorong sambil memeluk erat tubuh adikku. Saat aku menemukan ibuku, aku langsung memeluknya dan menangis sekencang-kencangnya.
"Ibu, aku takut." aku meraung sambil menangis dipelukannya.
"Tenang sayang, ada ibu disini." ibu mengusap kepalaku dan adikku.
Sekarang, aku benci gelap. Ketika aku berada diruangan gelap, aku akan pergi kepojok ruangan, meringkuk disana hingga tertidur. Jika hal itu tidak kulakukan, maka kepala itu akan selalu ada kemanapun aku pergi.

0 komentar:

Posting Komentar