Rabu, 09 Desember 2015

17 Tempat Angker Di Bandung


1. Pohon di jalan Siliwangi
Katanya pernah ada anak kecil yang tertabrak di depan pohon itu sampe meninggal. Biar tidak menganggu ganggu, pohon itu dikasih boneka yang digantung di atas pohon itu. Silahkan di cek kesana.
2. ITB
Institut Teknologi Bandung sudah ada sejak jaman koloni Belanda.
ITB didirikan pada 3 Juli 1920 dengan nama "Technische Hooge School (THS)" te Bandoeng dengan satu fakultas de Faculteit van Technische Wetenschap yang hanya mempunyai satu jurusan de afdeeling der Weg en Waterbouw. ITB juga merupakan tempat di mana presiden Indonesia pertama, Soekarno meraih gelar insinyurnya dalam bidang Teknik Sipil.
Pada masa penjajahan Jepang, THS diubah namanya menjadi "Bandung Kogyo Daigaku (BKD)". Kemudian pada masa kemerdekaan Indonesia, tahun 1945, namanya diubah menjadi "Sekolah Tinggi Teknik (STT) Bandung". Pada tahun 1946, STT Bandung dipindahkan ke Yogyakarta dan menjadi cikal bakal lahirnya Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada.
Kolam mesin
Dulu sekitar tahun ’98 ada sebuah kecelakaan, sebuah mobil tercebur di dalamnya dan mengakibatkan dua orang penumpangnya meninggal di kolam itu.
Sebagian besar lab-lab di mesin
Studio gambar mesin
Disana sering ada suara meja gambar yang bergerak2 seolah- olah dipake buat ngegambar padahal setelah dicek ga ada siapa2,
Aula Barat, katanya sih ada hantu tanpa muka.
PAU
Yang ini udah jelas banget.. penampakan luarnya aja nyeremin. Konon katanya kalo kita lagi ‘beruntung’, bakal ngeliat ada orang jatoh dari lantai paling atas PAU dan kita bakal liat ancurnya badan tu orang.
Lapangan sipil, yang di bawah pohon
3. Rumah Ambulance, Jalan Bahureksa No. 15

Di rumah inilah terparkir ambulance tua berbalut terpal coklat yang dijadikan ide film Hantu Ambulance . Sempat muncul kejadian aneh saat shooting film ini. Ketika terpal ambulance tua itu dibuka oleh paranormal Ki Kusumo, seorang kru kerasukan dan bohlam lampu kamera pecah. Desas-desus lain yang muncul, bekas rumah kos ini merupakan tempat prostitusi. Hantu ambulance adalah alibi untuk mengelabui warga. Sekarang udah jadi distro.
4. Gereja tua di Pasteur
menurut kabar, gereja ini dikenal sebagai gereja setan. Gereja ini berlokasi di belakang hotel Grand Aquila Pasteur dan memiliki patung gurita raksasa di atapnya
5. Patung H.C. Verbraak di Taman Maluku
H.C. Verbraak merupakan pastor Belanda yang bertugas di Aceh pada 1870 dan beberapa daerah lain. Konon, tepat di bawah monumen itu dibuat merupakan pusara dirinya. Ia tewas di tempat menyusul kecelakaan pesawat. Berdasarkan cerita setempat, patung berwarna hitam legam setinggi 4 meter ini bisa bergerak sendiri!
6. SMAN 5
SMAN 5 Bandung adalah salah satu SMA Favorit di Bandung, ber alamat di Jalan Belitung No.8 struktur bangunannya yang asli buatan Holland memberi daya tarik tersendiri. Katanya ada tiga jendela yg selalu terbuka, trus klo muterin SMA 5 selama 3 kali bakal liat noni belanda yg muncul di jendela itu. Kabarnya, noni tersebut bernama Nancy dan melakukan bunuh diri di sekolah tersebut.
7. Belakang kompleks SMA Aloysius, Riau
Gambar tempo dulu
Di suatu tempat, yaitu ruangan bawah tanah di sekolah ini merupakan bekas semacam kamp konsentrasi tentara Belanda. Digunakan tentara PETA (Perjuangan Tanah Air) untuk menyiksa tentara Belanda. Konon, ruangan ini memiliki akses tembus hingga ke Jalan Tamansari (2 kilometer dari sana).
8. Rumah tua di Jalan Dago
Lokasinya mudah ditemukan, di pinggir jalan Dago. Di rumah ini terdapat mobil tua dan TV yang terus menerus menyala serta pagar yang tidak bisa ditutup.
9. Ruang bawah tanah Museum KAA
10. Taman pramuka (Jl. Riau)
Dulu di sekitar daerah ini ada sebuah pombensin tua, yang sekarang tempat ini berubah menjadi sebuah taman kecil dimana di sini ada sebuah tugu tunas kelapa yang besar, menurut warga sekitar konon sekitar tempat ini sering sekali terlihat penampakan Hantu yang seorang prajurit yang menunggangi kuda tanpa kepala..

Ih serem ya..
11. Taman IR.H juanda (Dago Pakar)
Di daerah dago pakar ini terdapat 2 buah gua yaitu gua jepang, dan gua belanda, katanya sih ada mitos yang mengatakan bahwa di daerah ini dilarang menyebutkan kata “ LADA” , lada berasal dari bahasa sunda yang berarti Pedas, (ya itucuma mitos boleh percaya atau tidak, )

Menurut warga sekitar di kawasan gua ini sering terlihat penampakan Hantu para prajurit jaman belanda dan jaman jepang, karena memang dulunya tempat ini di jadikan tempat pembantaian para penjajah oleh pejuang kemerdekaan, ada juga yang menyebutkan di gua jepang sering terlihat hantu berwujudkan Ular besar dan orang tua.
12. Jalan tamansari (Depan ITB )
Suasana di jalan ini pada siang hari memang sangat ramai apalagi jika memasuki sore hari, wajar saja karena jalan ini merupakan jalan alternative untuk menu beberaa daerah wisata di kota bandung, tapi menjelang malam hari kwasan ini akan menjadi sangat sepi dan menyeramkan, ditambah kurangnya penerangan di kawasan ini, bagi anda yang kiranya akan melintasi jalan ini di tengah malam sebaiknya jangan bawa kendaraan seorang diri, ya minimal ada teman yang menemani, karena kabarnya di kawasan ini sering terlihat Hantu Wanita yang sering melintasi jalan ini.
13. Jalan Cipaganti Bandung
Memang jalan ini termasuk daerah ramai, baik siang maupun di malam hari, letaknya yang berdekatan dengan cihampelas membuat jalan ini padat oleh hilir mudik kendaraan, tapi jangan tertipu oleh keramaiannya, karena di sepanjang jalan ini sering juga terlihat penampakan Hantu Pria tanpa kepala yang memakai baju pendekar jaman dulu berasal dari desa nayland. Katanya hantu ini sering menampakan diri sekitar jam 1 malam.. jika anda penasaran ingin melihat hantu ini tak ada salahnya jika anda mencoba melewati jalan ini di atas jam 12 … hehehehe. Suka dengerin "Nightmare Side" di Radio Ardan Bandung, di jalan Jl. Cipaganti No. 159 ini lah Radio tersebut mengudara.
14. Jalan Siliwangi Bandung
Jalan ini masih di rimbuni oleh Pohon2 besar yang ada di sekitar jalan, dan juga ada sebuah jembatan besar yang menghubungkan jalan ini.. jembatan ini berada tepat di atas saluran Sungai Cikapundung, jika malam hari konon di kawasan ini sering sekali terjadi hal2 yang sangat janggal, bahkan sayapun pernah mengalami kejadian yang sangat aneh ketika melintas di jalan ini, boleh ya saya cerita sedikit : “ waktu itu saya sedang melintas menggunakan sepeda motor, kira2 sekitar jam 19.30, sedang asyiknya mengendarai motor tiba2 motor saya seperti ada yang menabrak dari arah pinggir dan melintang menuju arah pohon besar yang tepat pada waktu itu berada di pinggir saya. Dengan kaget saya menghentikan sepeda motor saya karena saya kehilangan kontrol untuk mengendarai motor saya. Dengan perasaan kaget merinding serta kepala yang tiba2 menjadi berat, saya berusaha meninggalkan tempat itu. Aneh nya tiba2 motor saya mendadak menjadi berat,seperti yang di tumpangi oleh 3 orang .. walaupun begitu saya memaksakan diri untuk tetap melaju, dan setelah tiba di rumah pun rasa berat di kepala baru bisa hilang 2 hari itupun setelah saya meminta air doa dari ustadz” kejadian itu membuat saya sedikit waspada jika melintas di kawasan jalan ini ..
15. Tanjakan Emen Kabupaten Bandung
Kalo jalan yang ini pasti sebagian besar sudah pada tau, dari mitos yang beredar katanya jika anda tidak ingin mengalami kejadian seram di sini anda harus melempar 2 batang rokok kepinggir jalan, memang hal ini bagi yang tidak percaya hal-halyang seperti ini akan aneh terdengar tapi memang inilah faktanya.. banyak sekali cerita dari orang-orang yang memang sengaja tidak mau melemparkan rokok di sekitar jalan ini, dari mulai kendaraan yang tiba2 mogok.. adapula yang sering melihat penampakan hantu anak kecil di tempat ini..
16. Museum Pos Indonesia Bandung
Tempatnya ada di Belakang Gedung sate bandung, wah kalo tempat ini sih jangankan pada malam hari di siang hari pun jika anda memasuki museum ini bulu kuduk anda akan spontan merinding, tempatnya yang berada di bawah tanah serta patung2 nya yang seperti menanap kearah kita membuat suasana angker semakin terasa, untung saja di malam hari museum ini tidak di buka …
17. Rumah Gurita di Pasteur
menurut kabar, rumah ini dikenal sebagai Rumah Hantu. Rumah ini berlokasi di belakang hotel Grand Aquila Pasteur dan memiliki patung gurita raksasa di atapnya. Banyak sekali orang2 yang penasaran untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di rumah ini.. dari kabar yang beredar sering sekali terlihat pemanpakan hantu di rumah ini.

sumber :  https://www.facebook.com/permalink.php?id=237814956355018&story_fbid=308277255975454

I KNOW AKU TAHU


monster_under_the_bed_by_xroryx-d3fggsa 
Seorang anak berusia 10 tahun sedang tidur di kamarnya seperti biasa ketika ia mendengar suara langkah kaki di luar pintu kamarnya. Saat itu masih tengah malam dan karena penasaran, ia mengintip melalui lubang kunci untuk melihat apa yang terjadi.
Namun ia melihat sesuatu yang mengerikan. Seorang pembunuh dengan tangan berlumuran darah tengah menggendong mayat ayahnya menuruni tangga. Ia naik kembali hanya untuk menggendong mayat kedua, mayat ibunya.
Pembunuh itu naik lagi. Karena ketakutan, sang anak langsung naik kembali ke atas tempat tidur. Namun sebelumnya, ia sempat melihat sang pembunuh menuliskan sesuatu dengan darah di dinding tepat di luar kamarnya.
Suara pintu berdecit memecah keheningan malam. Pembunuh itu dengan langkah perlahan memasuki kamar bocah itu. Tanpa suara, pembunuh itu bersembunyi di bawah kolong tempat tidur anak itu, membiarkan pintu kamarnya terbuka lebar.
Sang anak memejamkan matanya, ketakutan setengah mati. Ia mencoba berpura2 tidur. Sebagai anak berusia 10 tahun, hanya itu yang terlintas di pikirannya. Ia sangat berharap pembunuh itu segera pergi meninggalkannya.
Anak itu bisa mendengar desah napas pembunuh itu di bawah tempat tidurnya. Dengan bercucuran keringat dingin, anak itu mencoba membuka matanya sedikit.
Sekaran, dengan pintu kamarnya terbuka lebar, ia bisa membaca apa yang dituliskan pembunuh itu di dinding.
“AKU TAHU KAU SUDAH BANGUN." 
sumber :  http://mengakubackpacker.blogspot.co.id/2013/09/urban-legend-24-i-know.html

“PEDESTRIAN CROSSING” (ZEBRA CROSS)


zebra_aotw 
Suatu sore, sepulang bekerja aku berada di sebuah persimpangan jalan. Sambil menunggu lampu merah, aku berdiri di depan sebuah zebra cross dan mengamati orang-orang yang berada di seberangku. Mereka juga menunggu untuk menyeberang, sama seperti aku.
Namun di antara mereka, ada seorang wanita yang tampak aneh.
Pertama-tama aku pikir ia memakai masker.
Namun bukan itu.
Wajahnya tampak kabur.
Aku mencoba mengamatinya, namun wajahnya tak berubah.
Aku bahkan tak bisa mengenali wajahnya, dimana hidung, mata, maupun telinganya.
Seakan-akan wajahnya rata.
Anehnya, orang-orang di sekitarnya tampak mengacuhkan wanita itu, walaupun penampilannya sangat menakutkan.
Lampu merah menyala.
Mobil-mobil berhenti dan orang-orang mulai menyeberang.
Begitu pula aku, namun aku mencoba untuk menjauhi wanita itu.
Ia berjalan di sebelah kanan zebra cross, sehingga aku sebisa mungkin berjalan di sisi kiri zebra cross. Namun ia justru berpindah ke sisi kiri juga.
Ia berjalan tepat menuju ke arahku.
Wajah wanita itu semakin menakutkan ketika ia mendekat.
Akupun menundukkan kepalaku karena ketakutan.
Di suatu titik, kami berpapasan.
Aku terus berjalan. Namun walaupun aku berusaha menghindarinya, wanita itu justru berbalik dan mengikutiku.
Begitu aku sadar, ia sudah berada di belakangku dan berbisik di telingaku.
“Aku tahu kau bisa melihatku.”
 
THE END
sumber :  http://mengakubackpacker.blogspot.co.id/2013/03/urban-legend-6-pedestrian-crossing.html

DARK SIDE OF JAPAN: PEMBUNUH2 BERANTAI PALING MENGERIKAN DARI JEPANG





1. The Otaku Killer
tumblr_m2xv2nF9FJ1qdlw1u
“Otaku” di berbagai belahan lain, termasuk Indonesia, mungkin terdengar seperti istilah yang netral. Otaku berarti penggemar fanatik dari berbagai produk Jepang, seperti manga, anime, hingga video games. Namun di negara asalnya sendiri, istilah “otaku” didefinisikan negatif. Bahkan para otaku sendiri seringkali didiskriminasikan oleh masyarakat Jepang. Alasannya, pembunuhan berantai sadis yang dilakukan oleh Tsutomu Miyazaki atau yang lebih dikenal dengan julukan “Otaku Killer”.
Tsutomu Miyazaki lahir di Saitama, Tokyo pada 21 Agustus 1962. Ia tak hanya pembunuh berantai, namun juga kanibal dan penderita nekrofilia. Miyazaki lahir dengan cacat fisik akibat lahir prematur, yakni telapak tangan dan jari2nya menyatu. Cacat lahiriah inilah yang menyebabkan ia tumbuh menjadi anak yang pendiam dan pemalu. Kita hanya bisa membayangkan, perlakukan semacam apa yang diterimanya dari teman2nya fisik seperti itu. Ia mendapat penolakan dari kedua orang tuanya dan kedua saudara perempuannya. Satu2nya yang menyayanginya dengan tulus hanyalah sang kakek. Namun ketika kakeknya meninggal pada 1988, ia menjadi depresi, bahkan memakan sebagian abu kremasi sang kakek. Pada masa inilah, ia mulai melakukan pembunuhan berantai.
Korban pertamanya adalah Mari Konno, seorang gadis berusia 4 tahun yang ia culik tepat sehari setelah ulang tahunnya yang ke-26. Ia membunuh gadis itu lalu membuang mayatnya, namun kembali setelah mayat gadis itu membusuk untuk mengambil tangan dan kakinya untuk disimpan sebagai trofi yang kemudian ia simpan di dalam lemari. Korban kedua adalah Masami Yoshizawa (7 tahun) yang juga ia culik dan ia bunuh di tempat yang sama ia membunuh Mari. Ia kemudian menculik Erika Namba (4 tahun) dan membunuhnya. Namun aksi tersadis ia lakukan pada korban terakhirnya, Ayako Nomoto (5 tahun) yang tak hanya ia bunuh, namun juga ia mutilasi. Sama seperti korban pertamanya, Tsutomu juga menyimpan potongan tangannya. Namun tak hanya itu. Ia juga meminum darah gadis itu serta memakan dagingnya.
Pada Juli 1989, aksi Miyazaki akhirnya usai ketika polisi menangkapnya atas tuduhan pelecehan seksual pada gadis di bawah umur. Ketika menyelidiki apartemennya, polisi menemukan bukti atas segala kejahatannya, juga ribuan materi2 berupa kaset anime serta manga, khususnya manga porno atau “hentai”. Inilah yang menyebabkan media mengutuknya sebagai Otaku Killer dengan beralasan kebiasaan membaca manga-lah yang membuatnya menjadi pembunuh berantai.
Salah satu ciri khas menakutkan dari pembunuh berantai ini, melalui pengakuan para keluarga korban, adalah ia seringkali menelepon keluarga korban. Ketika diangkat, Miyazaki hanya diam tanpa mengatakan sepatah katapun. Jika tidak diangkat, maka telepon akan terus berbunyi hingga 20 menit tanpa henti.
Selama jalannya pengadilan, Miyazaki terus menyalahkan alter egonya (ia sepertinya memiliki kepribadian ganda) bernama “Rat Man” yang melakukan pembunuhan2 itu. Ia bahkan menggambar Rat Man dalam bentuk manga. Ayah Miyazaki menolak untuk membayar pengacara untuk membela anaknya dan akhirnya bunuh diri pada 1994. Pada 1997, Miyazaki dijatuhi hukuman mati dan dieksekusi dengan cara digantung pada 2008. 

2. Osaka School Massacre
Mamoru_Takuma
Mamoru Takuma merupakan pembunuh yang bertanggung jawab atas tragedi “Osaka School Massacre” yang menewaskan 8 anak dan melukai 15 lainnya. Ia lahir pada 23 November 1963 di Osaka dan semenjak kecil telah menunjukkan gejala “Macdonalds Triad”, yakni 3 kebiasaan yang ditampakkan oleh seseorang yang berpotensi menjadi pembunuh berantai pada usia kecil. Tiga gejala itu adalah:
a. Kekejaman pada binatang
b. Kegemaran membakar benda
c. Eneuresis (kebiasaan mengompol di usia di atas 5 tahun)
Mamoru sejak usia dini sudah menunjukkan perilaku psikopat. Pada usia 12 tahun, ia gemar membunuh kucing dengan membungkusnya dengan koran lalu membakarnya. Saat SMU, ia menyerang gurunya sendiri dan membuatnya dikeluarkan dari sekolah. Ia juga berkelahi dengan ayahnya, membuat ayahnya kemudian mengirimnya ke RSJ. Namun pihak RSJ tak mau menerimanya dan sang ayah kemudian tak mengakui Mamoru sebagai anaknya.
Ia sempat bekerja di perusahaan taksi bahkan sempat diterima di Angkatan Udara, namun ia dikeluarkan karena masalah kekerasan dan pelecehan seksual. Mamoru menikah selama 4 kali dan keluar masuk penjara. Terakhir, ia bekerja sebagai janitor (tukang bersih2) di sebuah sekolah sebelum akhinya membuat masalah kembali dengan meracuni 4 guru.
Ia kemudian dimasukkan ke RSJ dengan diagnosis menderita skizofrenia. Di RSJ ia sempat berusaha untuk bunuh diri, namun gagal. Setelah sebulan, ia dikeluarkan dengan alasan “mampu mengurus dirinya sendiri”. Pada 2001, sebulan sebelum ia melancarkan aksinya, ia sempat secara sukarela mendaftarkan diri ke RSJ untuk mencari bantuan atas depresi yang ia alami. Namun sehari kemudian ia melarikan diri.
Pada Juni 2001, ia akhirnya lepas kendali dan mengamuk. Dengan bersenjatakan sebilah pisau, ia menyerang Ikeda Elementary School dan menusuk mati 8 anak-anak kelas 1 dan 2 SD serta melukai 13 anak lain dan 2 guru. Peristiwa ini dilihat dari jumlah korbannya, merupakan tragedi terbesar kedua yang pernah menimpa Jepang modern setelah insiden penyerangan gas sarin oleh Aum Shirikyo. Uniknya, peristiwa ini mengundang simpati popstar Jepang Utada Hikaru yang menggubah lagunya “Final Distance” untuk menghormati salah satu korban yang merupakan fans beratnya.
Ketika ditangkap, Mamoru dalam keadaan sangat bingung. Ia tak menyadari bahwa ia menyerang sekolah dan terus mengatakan,
“Aku tidak menyerang sekolah dasar. Aku pergi ke stasiun kereta dan menusuk 100 orang. Aku tak pernah pergi ke sekolah dasar.”
Ketika persidangan pun ia sama sekali tak membela diri, bahkan meminta hakim untuk segera mengeksekusi dirinya dengan mengatakan,
“Aku sudah menjadi jijik terhadap semua ini. Aku mencoba membunuh diriku beberapa kali, namun tidak bisa. Kumohon, hukum mati saja aku.”
Walaupun didiagnosis menderita berbagai kelainan jiwa seperti perilaku antisosial dan paranoid, ia akhirnya dijatuhi hukuman mati dengan cara digantung pada 2004.
3. Akihabara Massacre
6a00d8341bfb8d53ef00e55337d4aa8834-800wi
Tepat 7 tahun setelah tragedi Osaka School Massacre, tragedi serupa terjadi di pusat perbelanjaan Akihabara, Tokyo yang amat terkenal sebagai pusat manga dan anime. Lagi2, kasus ini dianggap berhubungan dengan stigma negatif otaku di masyarakat Jepang.
Pada Minggu, 8 Juni 2008, Tomohiro Kato mengendarai mobil sewaan dan menabrak 5 pejalan kaki di pusat perbelanjaan Akihabara, menewaskan 3 di antaranya. Ia kemudian turun dari mobil dan dengan berbekal sebilah pisau, menusuk 12 pejalan kaki satu demi satu, menewaskan 4 di antaranya. Tragedi ini benar2 membuat publik Jepang terhenyak. Situasi di kala itu sangat kacau hingga dibutuhkan 17 ambulans yang berlalu lalang untuk menyelamatkan para korban.
Tomohiro sendiri lahir pada 28 September 1982 di Aomori, Honshu dan semula dikenal sebagai siswa berprestasi di SD dan SMP. Namun situasi berbalik 180 derajat ketika ia masuk Aomori High School yang merupakan sekolah elite. Di sana ia menjadi rendah diri karena menjadi siswa yang kurang populer. Prestasinya anjlok drastis menjadi peringkat 300 dari 360 siswa. Akibatnya, ia gagal masuk ke Hokkaido University yang bergengsi dan akhirnya hanya bekerja di sebuah pabrik.
Menjadi anak seorang top manager di perusahaan perbankan membuat Tomohiro mendapat tekanan yang luar biasa berat dari orang tuanya untuk menjadi siswa terbaik. Bahkan orang tuanya pernah menghukumnya dengan menyuruhnya memakan sisa makanan yang terjatuh di lantai. Tetangganya juga bersaksi orang tuanya pernah menghukumnya dengan membiarkannya berdiri di luar rumah di tengah musim dingin yang menggigil. Pada 2006, ia mencoba bunuh diri dengan menabrakkan mobilnya, namun gagal.
Tiga hari sebelum serangan, ia mengalami perselisihan dengan teman kerjanya yang ia tuduh menyembunyikan baju kerjanya. Ia pulang cepat setelah insiden tersebut dan diduga kejadian tersebutlah yang memicu pembantaian Akihabara. Yang mengkhawatirkan, beberapa saat setelah peristiwa itu, mulai muncul pembunuhan2 copycat yang meniru insiden tersebut. Pada bulan yang sama, seorang pria mengancam akan mengulang tragedi itu di Tokyo Disneyland. Tomohiro sendiri kini masih hidup, menunggu hukuman mati yang telah dijatuhkan padanya. Pada 2014, saudara laki2 Tomohiro yang berusia 28 tahun memutuskan bunuh diri karena rasa malu.  Kasus Tomohiro kembali menuai stigma negatif pada para otaku. Diduga budaya otaku telah menyebabkan anak2 muda Jepang menjadi berperilaku negatif dan antisosial. 
4. Kobe Child Murders dan Sasebo Slashing
Jun_hase
Pada pagi 27 Mei 1997, potongan kepala Jun Hase, seorang murid di Tainohata Elementary School ditemukan di gerbang sekolahnya. Kepalanya dimutilasi dengan gergaji dan di dalam mulutnya disumpalkan sebuah surat misterius yang ditulis dengan tinta merah. Pembunuhnya, yang mengaku bernama “Sakakibara” menulis:
“Ini adalah permulaan dari sebuah permainan. Kalian para polisi coba saja menghentikanku jika kalian bisa. Aku sangat ingin melhat orang-orang mati, sangat menegangkan bagiku untuk melakukan pembunuhan. Sebuah pembalasan berdarah setimpal dengan penderitaanku selama bertahun-tahun.”
Siapa pelakunya? Secara mengejutkan, polisi menangkap seorang anak berusia 14 tahun (setara dengan siswa kelas 2 SMP) yang tak dipublikasikan identitasnya dan hanya disebut sebagai “Boy A”. Ia ternyata juga mengaku telah membunuh seorang gadis berusia 10 tahun bernama Ayaka Yamashita pada 16 Maret dan menulis dalam buku hariannya,
“Aku mengadakan eksperimen hari ini untuk membuktikan betapa rapuhnya manusia itu ... aku memukulnya dengan palu, ketika gadis itu menoleh kepadaku. Aku pikir aku memukulnya berkali-kali namun aku terlalu asyik untuk mengingat berapa kali aku memukulnya ...”
Kejadian ini sangat mengguncang publik Jepang. Walaupun kejahatan yang dilakukannya sangat serius, “Boy A” tak dijatuhi hukuman mati karena masih di bawah umur. Pada Maret 2004, diumumkan bahwa ia yang saat itu telah berumur 21 tahun, dibebaskan karena telah menjalani seluruh masa hukumannya. Namun baru tiga bulan setelah pembebasannya, kasus mengerikan serupa kembali membuat shock masyarakat Jepang.
Pada 1 Juni 2004, pembunuhan yang dijuluki “Sasebo Slashing” menimpa seorang gadis berusia 12 tahun bernama Satomi Mirai. Ia digorok di leher oleh temannya yang berumur 11 tahun, dijuluki “Girl A”. Ia melakukannya di saat kelas kosong pada jam makan siang dan kembali ke kelasnya dengan baju berlumuran darah. Menurut pengakuannya, ia membunuh gadis itu karena sakit hati dibully di internet karena berat badannya. Konon, “Girl A” melakukan aksi biadabnya karena terinspirasi urban legend “Red Room” dan novel “Battle Royale” yang berisi siswa SMA yang saling membunuh. Kedua kasus kontroversial ini membuat masyarakat tajam mengkritisi banyak tayangan tak mendidik dan penuh kekerasan sebagai pemicu kejahatan dengan pelaku di bawah umur ini.
5. Tsuyama Massacre
220px-Mutsuo_Toi
Pernah melihat serial “Harper’s Island” yang menceritakan pembunuh berantai yang beraksi membantai warga sebuah pulau? Kisah ini ternyata pernah terjadi di dunia nyata. Kisah hampir serupa terjadi pada 21 Mei 1938 di sebuah desa bernama Kaio, tak jauh dari kota Tsuyama di wilayah Okayama, Jepang. Pada malam itu, seorang pria berumur 21 tahun bernama Mutsuo Toi memadamkan listrik di desanya dan di tengah kegelapan, ia membantai 30 penduduk desa secara satu-persatu menggunakan berbagai senjata, mulai dengan senapan, kapak, hingga pedang samurai. Salah satu yang ia habisi adalah neneknya sendiri. Ia membunuh hampir separuh dari penduduk desa tersebut dan akhirnya memutuskan untuk bunuh diri dengan menembak dirinya sendiri menjelang fajar.
BONUS
1. Kasus Fusako Sano
  SatoNobuyuki
Kasus ini mungkin tak sesadis kasus2 lainnya di atas, bahkan dapat dibilang berakhir bahagia. Namun tetap saja kasus aneh ini terasa disturbing bagiku. Pernah melihat film Korea berjudul “Old Boy” tentang seorang pria yang diculik dan dikurung selama bertahun2? Nah, kasus ini hampir serupa dan menimpa seorang gadis bernama Fusako Sano. Pada 13 November 1990, Fusako Sano yang berumur 9 tahun kala itu diculik setelah menonton pertandingan baseball di kampung halamannya di Sanjo, Prefektur Niigata. Penculiknya adalah pria berumur 28 tahun yang terganggu mentalnya bernama Nobuyuki Sato.
Pencarian besar2an dilakukan untuk menemukan gadis cilik itu, namun berakhir dengan kegagalan. Bahkan polisi mengkonfirmasi bahwa kemungkinan Fusako diculik oleh intelejen Korea Utara. Pada 28 Januari 2000, seorang polisi yang kebetulan menanggapi kasus “domestic disturbance” di sebuah apartemen didekati oleh seorang gadis berumur 19 tahun yang mengatakan bahwa ialah Fusako Sano dan ia telah diculik selama 9 tahun.
Selama disekap selama 9 tahun, Fusako mengaku sering dipukul dan disengat dengan listrik apabila tidak menuruti perintah penyekapnya. Kondisi gadis itu sangat memprihatinkan. Ia kurus karena malnutrisi dan bahkan kesulitan berjalan. Tubuh gadis itu memang sudah dewasa, namun kondisi pikirannya masih seperti anak kecil. Kisah Fusako akhirnya menemui “happy ending” ketika ia berkumpul kembali bersama keluarganya. Sang penculiknya yang sempat dirawat di RSJ akhirnya dijatuhi hukuman 14 tahun penjara. Plot twistnya? Apartemen tempat gadis itu disekap selama 9 tahun berada hanya 200 meter dari kantor polisi. Benar2 tragis.

2. Aum Shinrikyo
Jp_aunshinrikyo_logo_flag
Aum Shinrikyo (berarti “Supreme Truth” atau “Kebenaran Tertinggi”) adalah sebuah sekte yang didirikan Shoko Asahara pada 1984 yang lebih terkenal akibat aksi terorisme mereka. Pada 1995, anggota sekte ini mencapai 40 ribu di seluruh dunia, di antaranya 9 ribu berada di Jepang. Sekte ini termasuk salah satu “doomsday cult” karena meramalkan dunia akan kiamat akibat Perang Dunia III saat Amerika Serikat akan meluncurkan serangan nuklir ke Jepang. Ramalan ini memicu berbagai serangan gas sarin ke berbagai kota besar di Jepang.
Jauh sebelum insiden serangan gas sarin, kelompok ini dikenal melakukan berbagai tindak kriminal. Pada 1989, sekte ini diduga melakukan pembunuhan terhadap anggotanya yang berusaha keluar dari organisasi ini. Pada tahun yang sama, seorang pengacara bernama Tsutsumi Sakamoto berusaha membubarkan grup ini melalui hukum. Ia bersama istri dan anaknya kemudian lenyap secara misterius dari rumah mereka di Yokohama (kemungkinan besar diculik dan dibunuh). Anggota sekte ini dianggap bertanggung jawab atas kejadian itu.
Pada 27 Juni 1994, sebuah insiden serangan gas sarin terjadi di pusat kota Matsumoto, Nagano. Kejadian ini menewaskan 8 orang dan melukai 200 orang. Namun serangan ini belum dikaitkan dengan sekte tersebut. Pada 20 Maret 1995, sekte ini kembali melepaskan gas sarin di stasiun subway Jepang. 13 korban tewas, 54 orang terluka parah, dan 980 orang terluka ringan. Beberapa pihak bahkan menyebutkan korban yang terkena dampak gas sarin ini berjumlah hingga 6.000 orang. Di markas besar Aum Shinrikyo di kaki Gunung Fuji, polisi menemukan bahan peledak, senjata kimia, hingga senjata biologis berupa bakteri Anthrax hingga virus Ebola. Terdapat pula bahan2 kimia yang mampu digunakan untuk memproduksi gas sarin cukup untuk membunuh 4 juta jiwa.
Pada tahun yang sama, berbagai insiden yang sama terkait sekte ini juga terjadi. Pada 30 Maret, seorang kepala polisi bernama Takaji Kunimatsu ditembak 4 kali di luar rumahnya di Tokyo dan terluka serius. Pada 5 Mei, sebuah bom hidorgen sianida ditemukan di toilet di stasiun Shinjuku, Tokyo, cukup untuk membunuh 20 ribu orang. Pada saat sang kepala sekte tertangkap pada 16 Mei, sebuah bom surat dikirimkan kepada Yukio Aoshima, gubernur Tokyo, dan meledak, memutuskan jari sekretarisnya. Sekte Aum Shinrikyo dianggap bertanggung jawab atas semua kejadian tersebut. Namun anggota sekte tersebut ternyata juga menjadi target serangan pihak2 yang anti terhadap mereka. Pada 23 April, salah seorang petinggi Aum Shinrikyo bernama Murai Hideo ditusuk hingga tewas di depan kamera, di tengah 100 wartawan yang tengah mewawancarainya.
Terlibat dengan berbagai aksi kejahatan mengerikan, pasti kalian mengira sekte ini pasti sudah dibubarkan oleh pemerintah Jepang, bukan? Salah! Kebebasan berserikat yang terlampau dihargai di negara demokratis semacam Jepang membuat pembubaran kelompok ini hampir mustahil. Hingga kini sekte ini masih ada dan memiliki ribuan pengikut, walaupun dengan pengawasan ketat dari pemerintah. Tahun 2000, sekte ini mengubah logo dan namanya menjadi “Aleph” yang merupakan abjad pertama alfabet Arab dan Yahudi.
Kejadian2 mengerikan ini membuat kita sadar, peristiwa2 yang kita duga hanya terjadi di film2 ternyata juga terjadi di dunia nyata, bahkan kadangkala lebih kelam. Namun memahami tiap motif di balik kejadian2 itu tentu bisa membuat kita mempelajari bagaimana peristiwa2 sadis seperti ini tak terjadi di masa depan. Kita juga sepertinya harus mulai menyaring hiburan yang kita lihat setiap hari, menghindari kehidupan terisolasi (terlalu sering maen video game dan terlalu menghayati jadi otaku?), aktif bersosialiasi dan menghindari hiburan yang tidak sehat. Bagaimana menurut kalian? 
sumber :  http://mengakubackpacker.blogspot.co.id/2015/02/dark-side-of-japan-pembunuh2-berantai.html

Ruang rangkak


  crawlspace
Crawlspace: kolong atau ruangan dengan langit-langit yang sangat rendah, bertujuan untuk memberikan akses kepada pekerja bangunan untuk memperbaiki pipa atau saluran air dengan cara merangkak di dalamnya.
Halo semua. Aku menulis cerita ini sebagai peringatan bagi kalian yang berencana hendak belajar ke luar negeri. Aku tak berniat untuk menakut-nakuti kalian agar tidak pergi, namun aku hanya ingin kalian waspada supaya hal yang sama tidak terjadi pada kalian.

Kurasa aku harus menjelaskannya sedikit awal mulanya. Aku terpilih untuk berpartisipasi dalam program pertukaran pelajar selama beberapa bulan di kota Roma. Tentu saja aku merasa sangat gembira karena aku belum pernah pergi ke luar negeri sebelumnya. Jadi ini benar2 akan menjadi petualangan bagiku.
Aku mengepak barang2ku dan haru kuakui, aku sedikit gugup sebab ini pertama kalinya aku meninggalkan orang tuaku dalam waktu yang cukup lama. Namun aku juag sangat excited menantikan kebebasanku selama tinggal di Eropa. Dan akupun terbang selama 19 jam menuju Eropa.
Di bandara, aku disambut oleh supervisor program pertukaran pelajar tersebut dan beberapa siswa lain yang akan belajar bersamaku. Mereka semua seumuran dan tampak sama bersemangatnya sepertiku. Setelah melalui orientasi, kamipun diberikan kunci apartemen kami.
Beberapa bulan sebelum tiba di Roma, kami bertanggung jawab untuk menemukan apartemen yang akan kami tinggal secara online. Aku sudah memutuskan akan tinggal bersama 3 orang gadis lainnya. Mereka semuanya tampak baik dan karena kami sama2 memiliki budget terbatas, akhirnya kami mencoba mencari apartemen termurah yang bisa kami dapatkan.
Setelah beberapa hari mencari, kami menemukan iklan sebuah apartemen tua di Campo di Fiori. Kami benar2 tak percaya masih ada apartemen yang tersedia di sana dengan harga yang sangat murah. Semula aku sempat merasa curiga. Namun akhirnya kami tidak memiliki pilihan lain selain menyewa apartemen itu
Kami menerima satu set kunci beserta peta agar kami menemukan letaknya. Campo merupakan tempat yang cukup dikenal di Roma sehingga kami tak kesulitan mencarinya. Tempat ini benar2 luar biasa. Ketika siang, tempat ini dipenuhi dengan pedagang dan ketika siang, suasana ganti dimeriahkan oleh musisi jalanan. Semua bangunan2 di sini semua tampak tua dan setelah 3-4 kali berputar-putar, akhirnya kami menemukan sebuah pintu kayu tua yang amat besar. Tempat ini akan menjadi rumah kami untuk 3 bulan ke depan.
Aku memutar kunci hingga terdengar “klik” dan pintu tebal itu berayun ke dalam dengan suara berdecit yang keras. Kami kemudian menemukan sebuah tangga spiral yang panjang. Kami semua mengeluh. Tentu saja, seharusnya terlintas di pikiran kami. Karena apartemen ini amat tua, maka belum ada lift di sini. Maka kami harus menaiki tangga demi tangga yang tampak tak berujung, ditambah lagi saat itu kami harus membawa barang bawaan kami yang cukup berat.
Akhirnya kami tiba di depan pintu kamar apartemen kami dan masalah lain muncul begitu kami masuk. Hanya ada 3 kamar di sana, sedangkan kami berempat. Ini berarti dua dari kami harus berbagi satu kamar. Akhirnya dengan undina, aku dan seorang gadis bernama Stephanie akan berbagi kamar. Aku tak keberatan karena Stephanie tampak seperti gadis yang baik dan pendiam, benar2 teman sekamar yang ideal.
Selain 3 kamar tidur terdapat 2 kamar mandi, sebuah dapur, dan ruang tamu dengan satu set televisi kuno. Sekali lagi aku merasa kurang nyaman. Mengapa kamar sebagus ini memiliki harga sewa yang sangat murah. Kami kemudian menyadari ada bagian lain dari apartemen ini yang belum kami jelajahi. Terdapat sebuah lorong gelap dengan sebuah mesin cuci dan mesin pengering. Di belakang, terdapat sebuah pintu yang ternyata menuju kamar mandi utama.
Kami berempat langsung memperebutkan kamar mandi itu. Betapa tidak, kamar mandi itu amat luas dan lengkap. Ada sebuah bathub besar yang tak tedapat di kamar lainnya. Akhirnya Stephanie mengusulkan bahwa karena aku dan dia harus berbagi kamar, maka masuk akal jika kami berdua yang seharusnya mendapatkan kamar mandi itu. Semua setuju dan awalnya aku merasa sangat senang.
Namun perasaan itu berubah beberapa hari kemudian. Aku tak tahu bagaimana menjelaskannya. Namun tiap kali aku menggunakan kamar mandi itu, aku merasakan sesuatu tengah mengawasiku. Perasaan itu membuatku sangat tegang. Aku merasa, apapun yang tengah mengawasiku aku, ia sedang marah. Dia tidak menginginkan aku berada di sana dan ia ingin menyakitiku.
Aku mulai mencoba menghindari kamar mandi itu. Aku meminta Alisha, temanku yang lain, untuk bertukar kamar mandi. Aku beralasan kamar mandi utama terlalu jauh dari kamarku. Ia dengan senang menyanggupinya. Namun suatu malam, saat aku sedang menggosok gigi, aku mendengar Alisha sedang memakai kamar mandinya. Aku mendengar suara cekikikan dari ujung lorong. Pastilah dua temanku yang lain sedang menggunakan kamar mandi utama. Kurasa untuk sekali-kali tak apa-apa menggunakannya, pikirku. Lagipula ada teman2ku di sana.
Akupun bergabung dengan mereka. Hingga di tengah percakapan, tanpa sengaja Lindsay, temanku yang lain, bersandar pada dinding dan menyadari sesuatu. Di dinding kamar mandi, terdapat sebuah pintu yang tak pernah kami sadari keberadaannya. Bahkan pintu itu dicat dengan warna yang sama dengan dinding. Jelas sang pemilik apartemen tak ingin kami menemukannya. Karena penasaran, kami mencoba membuka pintu itu. Awalnya sulit, namun dengan bantuan pisau lipat, kami akhirnya berhasil membuka pintu itu.
Di baliknya terdapat sebuah ruang rangkak. Ukurannya cukup besar. Menurut perkiraanku, ruang itu bisa memuat 3 atau 4 orang. Stephanie dan Lindsay kemudian memanggil Alisha untuk melihat penemuan ini. Akhirnya kami menggunakannya sebagai tempat menyimpan handuk dan keranjang cucian.
Namun pada hari2 kemudian, semenjak kami menemukan ruang rangkak itu, situasi berubah dari “menakutkan” menjadi “sangat menyeramkan”. Alisha lebih sering menggunakan kamar mandinya sendiri, sehingga aku akhirnya terpaksa kembali menggunakan kamar mandi utama. Ruangan itu membuatku menjadi paranoid, bahkan suara sekecil apapun akan membuatku melompat karena terkejut.
Puncaknya ketika suatu malam aku sedang menggosok gigi sendirian di dalam kamar mandi itu, aku mendengar suara gemerisik yang sangat pelan. Seperti ada yang sedang bergerak dari dalam ... ruang rangkak. Aku terdiam membeku, teror mengisi benakku. Aku segera berlari keluar dan memanggil teman-temanku.
“Ada sesuatu ... di dalam ruang rangkak ...”
Teman2ku segera menemaniku masuk ke kamar mandi untuk memeriksanya. Kami kemudian menyadari bahwa jendela kamar mandi dalam keadaan terbuka. Stephanie rupanya lupa untuk menutupnya ketika menggunakan kamar mandi ini terakhir kali. Dan di luar kami melihat beberapa merpati di atap, tepat di atas jendela kamar mandi.
Mereka semua tertawa dan kembali ke kamar mandi masing2.
Mereka semua menganggap suara gemerisik yang kudengar berasal dari merpati2 itu, namun tidak. Tidak mungkin. Sebab saat aku meninggalkan kamar mandi, pintu ruang rangkak dalam keadaan tertutup.
Dan sekarang terbuka.
Jika memang merpati2 itu yang tadi berada di dalam ruang rangkak, bagaimana mereka masuk? Dan bagaimana mereka keluar?
Malam itu aku merasa ada sesuatu yang sangat aneh terjadi di apartemen ini. Akupun menghubungi sahabatku yang ada di Amerika dengan menggunakan skype. Untunglah dia mau mendengarkanku dan bahkan tak sedikitpun meragukan ketakutanku. Kemudian ia meminta foto dari ruang rangkak itu untuk memastikan. Akupun melakukan apa yang ia minta. Aku membawa kameraku dan menuju ke kamar mandi, lalu mengumpulkan semua nyaliku untuk memfoto bagian dalam ruang rangkak itu, lalu segera berlari kembali ke kamarku. Aku menghubungkan kameraku dengan komputer dan mengunggah foto itu. Ketika aku kahirnya membuka gambar itu, aku langsung membeku.
Di pojok kanan atas ruang rangkak itu, di dalam kegelapan, terlihat samar2 sebuah wajah, memamerkan gigi2nya.
Tubuhku langsung gemetaran.
Rasa takut mulai mengambil alih tubuhku. Seseorang telah mengunci makhluk itu di dalam ruang rangkak itu.
Dan kami membebaskannya.
Rasa panik menguasaiku hingga aku tak sadar teman sekamarku telah kembali. Aku segera mengunci pintu dan ketika Stephanie bertanya, aku hanya tertawa dengan gugup dan mengatakan bahwa Lindsay menyelinap masuk ke kamar kami dan mengambil Nutella-ku. Ia hanya tertawa dan membaringkan tubuhnya ke atas ranjang untuk tidur. Aku tak mau tidur. Aku tak mau membuatnya merasa takut seperti yang aku rasakan kini.
Akupun mulai mencoba tidur. Dan satu2nya yang bisa membuatku menutup mata malam itu adalah rasa aman karena keberadaan teman sekamarku. Namun rasa aman yang kurasakan saat itu terbukti palsu.
Sekitar jam 2 pagi, sebuah suara membangunkanku. Aku selalu mudah dibangunkan oleh suara sekecil apapun. Dan suara itu terdengar seperti suara pintu didorong terbuka, diikuti suara langkah kaki yang sangat pelan. Arahnya bukan dari kamar Alisha maupun Lindsay. Arahnya dari dalam lorong. Dari dalam kamar mandi utama.
Mungkin dari ruang rangkak itu.
Rasa takutku memuncak ketika langkah kaki itu terdengar mendekati kamarku.
Aku bisa melihat dari sela-sela yang ada di bawah pintu kamarku, sebuah bayangan tengah berdiri di luar kamarku.
Aku tak berani bergerak.
Apapun itu, ia hanya berdiri saja di luar pintu.
Puncaknya ketika aku mendengar suara kenop kamar pintu diputar dari luar.
Makhluk itu mencoba masuk ke kamarku.
Tiba2 Stephanie terbangun dan menyuruhku berhenti membuat suara itu. Ia mengatakan ini sudah malam. Namun aku menjawab, bukan aku yang melakukannya. Namun ia tak peduli dan kembali tidur.
Mungkin mengetahui Stephanie terbangun, suara itu berhenti.
Hari berikutnya, aku menemuiku supervisorku dan mengatakan bahwa aku harus pulang hari itu juga. Ia kelihatan bingung dan mencoba mengatakan bahwa “homesick” memang sering terjadi dalam pertukaran pelajar semacam ini, namun lama-kelamaan perasaan itu akan menghilang. Namun aku tak peduli, bahkan meminta orang tuaku untuk memesan tiket penerbangan kembali ke Amerika untuk besok pagi. Walaupun kebingungan, orang tuakupun menyanggupinya.
Ketika kembali ke apartemen, aku mencoba mengatakan apa yang terjadi pada ketiga temanku. aku menceritakan semuanya bahkan menunjukkan foto yang kuambil. Namun tak ada yang percaya kepadaku. Mereka menganggapku seakan aku gila bahkan menuduhku memanipulasi foto itu. Mereka takkan mau pergi dari sini, aku tahu. Kesempatan belajar ke luar negeri seperti ini memang suatu kesempatan langka yang sulit diperoleh. Namun aku takkan mengorbankan nyawaku demi hal semacam itu.
Akupun menuju ke kamarku dan dengan berat hati menghabiskan satu malam kembali di apartemen itu. Aku tak punya pilihan lain. Namun mengetahui bahwa besok aku akan kembali ke rumah membuatku sedikit tenang.
Namun seharusnya aku tak kembali ke apartemen itu, bahkan untuk semalam saja.
Sekitar waktu yang sama, jam 2 dini hari, suara itu kembali terdengar.
Suara langkah kaki kembali terdengar mendekati kamarku. Aku bahkan kali ini bisa mendengar suara napasnya, berat dan pelan. Aku langsung terduduk dengan panik dan kemudian menyadari hal yang mengerikan.
Aku belum mengunci kamarku.
Makhluk itu ada di luar dan sebelum sempat melompat dan mengunci pintu, pegangan pintu membuka.
Pintu terbuka dengan perlahan, menimbulkan suara berderit yang menyakitkan telinga.
Aku membeku tenggelam dalam ketakutan ketika aku akhirnya melihat wujudnya.
Matanya seakan menonjol dari tengkoraknya, bersinar agak kebiruan. Ia tak memiliki hidung, hanya celah kecl dimana lubang hidung seharusnya berada. Giginya seperti yang dimiliki manusia, namun ia tak memiliki bibir. Kulitnya kebau-abuan dan seakan hanya membungkus tulang2 di tubuhnya.
Setelah berhenti di muka pintu sejenak, ia mulai berjalan mendekatiku. Ketika ia bergerak, suara tulang2nya memberikan suara seakan retak. Nafasnya tak hanya terdengar seperti suara mendengus, namun mengeluarkan bau yang busuk. Seperti campuran sulfur dan daging membusuk.
Aku menjerit sekuat tenagaku.
Stephanie langsung terbangun seketika itu juga.
Dengan cepat makhluk itu merangkak dengan keempat kakinya dan berlari seperti laba2 keluar dari ruangan.
Stephanie tak sempat melihatnya dan mulai menjerit apa masalahku. Aku mencoba menjelaskan apa yang terjadi, namun ia hanya berdiri dan sambil menutup pintu kamar. Ia menyebutku gila.
Taksi datang menjemputku pagi2 buta. Bahkan matahari belumlah terbit. Tak ada satupun di antara ketiga gadis yang tinggal bersamaku mau mengantarku keluar. Aku sudah tahu hal itu akan terjadi. Namun begitu aku masuk ke dalam taksi dan kendaraan itu mulai berjalan, aku tak pernah merasa selega itu.
Ketika aku menyandarkan kepalaku dan melihat ke jendela, mencoba memandang apartemen itu untuk terakhir kalinya. Aku bisa melihat jendela kamarku dari dalam mobil dan lagi2 aku membeku ketakutan.
Di sana, di balik jendela, tampak makhluk itu.
Matanya tak berkedip, terpaku ke arahku.
Mulutnya yang tak berbibir melengkung, seolah sedang tersenyum. Menyeringai.
Aku mencoba memperingatkan mereka. Aku berusaha sekuat tenagaku untuk memperingatkan mereka bahaya yang ada di apartemen itu. Namun tak ada yang mendengarkanku. Aku benar2 tak kuasa menghentikan apa yang terjadi berikutnya.
Ketika aku kembali ke Amerika Serikat, aku mendapat telepon dari supervisorku.
Ketiga teman satu apartemenku telah menghilang. Tak ada satupun yang tahu dimana mereka.
Supervisorku sudah menghubungi pihak kepolisian, namun bahkan mereka pun tak dapat menemukan keberadaan ketiga temanku itu. Ketika mereka memeriksa apartemen, makanan2 yang ada di dalam sudah membusuk. Tak ada tanda2 seseorang memaksa masuk dan tak satupun barang berharga ditemukan hilang.
Satu2nya hal penting yang mereka rasakan ketika pertama tiba adalah bau seperti campuran sulfur dan sesuatu yang membusuk.
Bau itu berasal dari kamar mandi.
Seperti yang bisa kuduga, asalnya dari ruang rangkak itu.
Pihak berwajib memberikan pernyataan bahwa mereka diculik. Namun aku tahu kenyataannya.
Mereka sudah mati sekarang.
Aku merasa bersalah karena aku tak bisa menyelamatkan mereka.
Dengan menulis ini, aku ingin memperingatkan, apapun yang terjadi, jangan menyewa apartemen yang berharga sangat murah di Campo di Fiori itu. Berhati-hatilah jika kalian mengunjungi Roma.
Sekali bertemu dengannya, mungkin kalian takkan bisa meloloskan diri.
Sebab di rumahku juga terdapat ruang rangkak. Dan ketika aku mulai mencium bau belerang itu, aku memfoto bagian dalamnya dan inilah hasilnya.

i_see_you____by_debreks-d6foaws
Kurasa ia mengikutiku sampai ke rumah.
sumber :  http://mengakubackpacker.blogspot.co.id/2014/11/creepypasta-9-crawlspace.html

“ 21 AND STILL COUNTING ... ” (21 DAN MASIH MENGHITUNG ... )



  image
Suatu hari seorang gadis muda tengah menunggu di sebuah stasiun kereta ketika ia mendengar seseorang bergumam di belakangnya. Ia berbalik dan melihat seorang wanita duduk di sebuah bangku. Gadis itu menyadari saat itu hanya ada mereka berdua di stasiun tersebut.

Wanita itu sangat aneh, pikir gadis itu. Wanita itu berumur 40-an dan duduk dengan tidak tenang. Ia menggoyang-goyangkan badannya ke depan dan ke belakang sambil bergumam,
“21...21...21...”.

Gadis itu bisa melihat kalau wanita itu terlihat agak “stress”, bahkan mungkin gila.

Ia berniat untuk mengacuhkan saja wanita itu. Namun wanita itu terus saja bergumam,
“...21...21...21...”

Lama-kelamaan gadis itu menjadi penasaran. Iapun bangkit dari kursinya dan menghampiri wanita itu.
“Ibu, apa yang sedang ibu hitung?”

Wanita itu tak menjawab, bahkan tak menatap gadis itu. Ia hanya terus bergumam,
“....21....21...21....”

Gadis itu melihat di sekitarnya, mencoba mencari tahu apa yang sedang wanita itu hitung. Di saat yang sama, gadis itu heran. Jika ia memang menghitung sesuatu, mengapa angkanya selalu sama.

Kemudian terdengar suara kereta datang.

Tiba-tiba saja wanita itu menerjang gadis muda dan mendorongnya ke arah rel.

“Aaaaaa!!!” teriak gadis itu, namun terlambat. Kereta yang melaju kencang itu terlanjur menyambar tubuhnya.

Warna merah dari darah gadis itu bercipratan hingga ke dinding dan kursi-kursi di stasiun itu.

Wanita itu kembali duduk seolah tak terjadi apa-apa dan mulai bergumam.
“...22....22...22...”
 
THE END
sumber : http://mengakubackpacker.blogspot.co.id/2013/03/urban-legend-1-21-and-still-counting.html

KAGOME KAGOME






Kagome, kagome adalah permainan anak-anak di Jepang yang dimainkan sekelompok anak-anak yang bernyanyi sambil berjalan bergandengan tangan melingkari seorang anak yang sedang menjadi oni (iblis) sambil menyanyikan lagu yang kedengarannya sedikit aneh. Anak yang menjadi oni duduk mendekam di tengah lingkaran sambil menutup mata dengan tangannya. Ketika lagu selesai dinyanyikan, anak itu harus menebak nama anak yang persis ada di belakangnya. Anak yang namanya berhasil ditebak akan menjadi oni selanjutnya.

Permainan ini menyimpan banyak misteri dikarenakan lirik lagunya yang begitu misterius. Kira-kira seperti ini liriknya : 
Kagome Kagome kago no naka no tori wa
** Kagome kagome burung dalam sangkar
Itsu Itsu deyaru yoake no ban ni
**Kapan kapan kau keluar? Saat malam dini hari
Tsuru to kame to subetta
** Burung jenjang dan penyu tergelincir
Ushiro no shoumen daare
** Siapa yang ada tepat di belakang?

Salah satu kisah tragis yang terkait dengan lagu ini adalah kisah anak-anak panti asuhan di Jepang yang menjadi objek eksperimen berbahaya para ilmuwan Nazi (Jerman). Kisah ini terjadi saat & setelah perang dunia ke-2 berakhir.

Di sebuah bukit daerah Shimane, dekat dengan area Hiroshima. Banyak ilmuwan Nazi gila yang melakukan eksperimen tidak bisa diterima oleh akal sehat. Ilmuwan-ilmuwan ini (Nazi) di kenal sebagai ilmuwan yang sering melakukan eksperimen aneh dan selalu tersembunyi di bawah radar. Dan kali ini, mereka ingin meneliti sebuah 'keabadaian'. Mereka beranggapan, di dalam otak terdapat ‘tombol kematian universal’ yang aktif setelah otak manusia berkembang dan tombol inilah yang mengatur kematian seseorang.

Para ilmuwan gila ini mengemukakan bahwa mereka bisa mengangkat ‘tombol’ tersebut dan memberikan manusia sebuah keabadian dan eksperimen ini pun berlangsung pada tahun 1942. Mereka memilih sebuah panti asuhan di Jepang sebagai tempat eksperimen mereka dan objek penelitian mereka adalah anak-anak yang tinggal di panti asuhan tersebut. 

Sebelum anak-anak tersebut di teliti, mereka akan melalui tes psikologi dan mendapat banyak imunisasi agar terhindar dari cacat. Dan saat itu, mereka memulai experimen mereka dengan membedah salah satu staff panti tersebut untuk mencari tahu perbedaan antara otak manusia dewasa dan anak-anak. Sambil mencari ‘tombol kematian’ tersebut agar dapat memulai eksperimen gila mereka.

Korban pertama eksperimen tersebut adalah anak yang paling tinggi di antara semua anak di panti tersebut. Mereka mulai membelah kepala anak itu dan mengangkat ‘tombol kematian’nya. Namun naas, saat kepalanya di tutup, anak ini kemudian tewas dan mayatnya di buang begitu saja di hutan belakang panti asuhan tersebut.

Setelah mendapat banyak peralatan baru dan menggunakan metode-metode yang berbeda di setiap penelitiannya. Para ilmuwan ini akhirnya berhasil mengangkat ‘tombol kematian’ tersebut dan membangunkan banyak pasien mereka dan pada tahun 1943, mereka sukses mengangkat ‘tombol kematian’ seorang gadis termuda di panti tersebut, namun sayangnya gadis kecil ini kehilangan kemampuan untuk berkeringat. Para ilmuwan ini merasa begitu senang dan berpesta pora dan akhirnya mereka beristirahat untuk sementara waktu.

Namun, keesokan paginya, anak ini tidak bangun dari tidurnya dan mengalami koma. Sayang, para ilmuwan ini tidak menyerah begitu saja, beberapa saat kemudian entah dengan metode apa, mereka berhasil membangunkannya kembali dan eksperimen inipun berlanjut.
Kali ini, eksperimen yang berbeda lagi. Mereka berencana untuk mengamputasi tangan dari salah satu anak dan menggantinya dengan tangan buatan yang rencananya akan di kirim dari Moskow, Rusia. Mereka memilih salah satu anak perempuan dan mengamputasi tangannya begitu saja. Tetapi, tangan buatan tersebut tak kunjung datang dan anak perempuan itupun hidup dengan satu tangan saja.
Salah satu anak panti yang tidak menyukai eksperimen tersebut mulai memberontak. Ia mencuri dan menghancurkan catatan, peralatan dan merusak ruangan penelitian mereka. Dibandingkan umurnya yang masih 8 tahun, ia mengakibatkan banyak kerusakan yang tak sesuai dengan ukurannya. Ilmuwan senior begitu memandang hina dirinya namun mereka tak melakukan apapun agar tak menimbulkan kecurigaan. 
Mereka malah menyuruh tentara Nazi untuk menghabisinya. Bocah kecil tersebut secara brutal dipenggal oleh bayonet tumpul dan mayatnya tidak di kubur. Ia di buang begitu saja di hutan belakang panti tersebut dan para tentara mengatakan kepada penjaga anak-anak bahwa ia telah menemukan keluarga yang baru.
Para ilmuwan tersebut melanjutkan eksperimen mereka dengan anak-anak yang sudah dibedah sebelumnya untuk mencoba metode baru mereka. Menyedihkan, tak ada satupun dari mereka yang selamat. Pada beberapa anak, ada yang kehilangan dahinya, dagu dan lidahnya di angkat, dan ada yang setengah kepalanya hilang. Tragisnya, semua percobaan ini tanpa menggunakan obat anastetik saat anak-anak malang ini dibedah (tanpa dibius terlebih dahulu agar tidak merasakan sakit). 
Bayangkan saja bagaimana rasa sakit yang di alaminya dan bagaimana jeritan mereka? Para ilmuwan ini malah berpendapat bahwa eksperimen ini tidak bekerja pada anak-anak. Sehingga, mereka pun memilih beberapa penjaga anak-anak (dewasa) untuk di bedah. Dan mengejutkannya mereka semua selamat dan bertahan.
Saat eksperimen itu sedang berjalan, beberapa ilmuwan diperintahkan untuk melihat kondisi dan sikap anak-anak yang masih bertahan. Disinilah hal-hal aneh mulai terjadi. Di jurnal salah seorang ilmuwan tertulis
“Awalnya mereka terlihat normal-normal saja seperti anak-anak lainnya. Bermain dengan ceria, belajar dengan normal tapi jika mereka terpisah dengan kelompoknya, mereka seperti .. hilang.. mereka mondar-mandir tidak jelas, dengan senyum kosong di wajah mereka, mereka selalu menatap langsung kepadamu. Jika di dekati dari belakang, mereka akan berbalik secepat kilat dan beberapa saat, kau dapat melihat ekspresi yang jahat di wajah mereka dan akan membuatmu gemetar. Namun kemudian kau akan sadar mereka hanya sedang membuat senyuman manis di wajah mereka lagi.
Hal lain yang rasanya seperti mengikuti kami, hanya pada saat kami sendiri. Setelah selesai dengan ketikanku dan menuju ruanganku, seringkali aku dikejutkan oleh salah satu anak yang berdiri beberapa meter di lorong yang gelap dan memandangiku. Ketika aku beranjak menuju ruanganku, ia mengikutiku dan aku pun langsung menutup pintuku, mengganjalnya dengan kursi dan kemudian aku tidur dengan tenang. Rasanya mereka seperti hantu di malam hari. Dan hal yang lucu terjadi, aku sering melihat salah satu anak dengan rambut yang sedikit kemerahan. Namun saat aku bertanya pada penjaga, mereka menjawab bahwa tidak ada anak yang seperti itu disini.
Mereka juga sering bermain bahkan sebelum kami datang. Aku tidak memiliki banyak pengetahuan tentang Jepang, tapi nama permainan itu sepertinya ‘kagome kagome’ berdasarkan jawaban salah satu translator kami. Beberapa anak mengelilingi salah satu anak yang duduk di tengah sendirian, bersama mereka berpengangan tangan dan mulai berjalan mengelilinginya dengan wajah yang menakutkan sambil bernyanyi lagu yang aneh, kau akan kalah jika kau curang.
Setelah berbicara dengan mereka, aku melihat sepertinya mereka lebih banyak melamun, pelupa dan terkadang pandangan mereka kosong, seolah-olah eksperimen itu menghapus memori mereka. Tapi sepertinya bukan jenis lamunan yang polos, namun lebih jahat. Mereka akan melihatmu dengan pandangan mata yang lebar dan bertanya padamu pertanyaan yang sepertinya telah mereka ketahui sebelumnya. Salah satunya pernah bertanya “kapan nenekmu mati, apa benar dia meninggalkanmu sebuah jam tangan berlapis emas?” rasanya gila, tapi aku menjawabnya dengan jujur “iya .. “
---
Pada awal tahun 1945 saat Hiroshima di bombardir musuh dan Jerman terkena denda, eksperimen itu di hentikan. Orang-orang Jerman itu mulai membereskan alat-alat mereka, sebagian dari mereka sudah ada yang pulang dikarenakan mental mereka yang hampir gila karena menghadapi sikap anak-anak tersebut hingga hanya 4 ilmuwan yang tersisa.
Setelah mengirim peralatan mereka yang terakhir, para ilmuwan itu menganggap mereka harus berpamitan dengan para penjaga anak-anak tersebut dan merekapun melakukannya. Dan yang membuat salah satu ilmuwan ketakutan dan mengejutkan ilmuwan lainnya, kepala penjaga tersebut mengatakan dalam bahasa Jerman yang fasih “maukah kalian bermain satu permainan terakhir dengan kami?”
Tiga dari mereka setuju, dan mereka memulai permainan tersebut. Para ilmuwan itu mulai menutup mata mereka dan anak-anak beserta penjaganya mulai mengelilingi mereka.
“Sekarang.. Jika kau curang, kau kalah..”
Satu-satunya ilmuwan yang tersisa lari ketakutan menuju truk terakhir tanpa melihat ke belakang lagi
-SELESAI-
Kisah ini dikatakan benar-benar terjadi dan kisah ini pun telah dituangkan dalam sebuah video dan lagu (vocaloid). Bagi yang ingin melihat videonya menontonnya disini :
SUMBER : http://winter.r2games.com/winter/lp1.html?adid=1000819&fromlink=2&sub_id=53148&__r2_p=MzA2fDIwMTI5