Kagome,
kagome adalah permainan anak-anak di Jepang yang dimainkan sekelompok
anak-anak yang bernyanyi sambil berjalan bergandengan tangan melingkari
seorang anak yang sedang menjadi oni (iblis) sambil menyanyikan lagu
yang kedengarannya sedikit aneh. Anak yang menjadi oni duduk mendekam di
tengah lingkaran sambil menutup mata dengan tangannya. Ketika lagu
selesai dinyanyikan, anak itu harus menebak nama anak yang persis ada di
belakangnya. Anak yang namanya berhasil ditebak akan menjadi oni
selanjutnya.
Permainan ini menyimpan banyak misteri dikarenakan lirik lagunya yang begitu misterius. Kira-kira seperti ini liriknya :
Kagome Kagome kago no naka no tori wa
** Kagome kagome burung dalam sangkar
Itsu Itsu deyaru yoake no ban ni
**Kapan kapan kau keluar? Saat malam dini hari
Tsuru to kame to subetta
** Burung jenjang dan penyu tergelincir
Ushiro no shoumen daare
** Siapa yang ada tepat di belakang?
Salah satu kisah tragis yang terkait dengan lagu ini adalah kisah anak-anak panti asuhan di Jepang yang menjadi objek eksperimen berbahaya para ilmuwan Nazi (Jerman). Kisah ini terjadi saat & setelah perang dunia ke-2 berakhir.
Di sebuah bukit daerah Shimane, dekat dengan area Hiroshima. Banyak ilmuwan Nazi gila yang melakukan eksperimen tidak bisa diterima oleh akal sehat. Ilmuwan-ilmuwan ini (Nazi) di kenal sebagai ilmuwan yang sering melakukan eksperimen aneh dan selalu tersembunyi di bawah radar. Dan kali ini, mereka ingin meneliti sebuah 'keabadaian'. Mereka beranggapan, di dalam otak terdapat ‘tombol kematian universal’ yang aktif setelah otak manusia berkembang dan tombol inilah yang mengatur kematian seseorang.
Para ilmuwan gila ini mengemukakan bahwa mereka bisa mengangkat ‘tombol’ tersebut dan memberikan manusia sebuah keabadian dan eksperimen ini pun berlangsung pada tahun 1942. Mereka memilih sebuah panti asuhan di Jepang sebagai tempat eksperimen mereka dan objek penelitian mereka adalah anak-anak yang tinggal di panti asuhan tersebut.
Sebelum anak-anak tersebut di teliti, mereka akan melalui tes psikologi dan mendapat banyak imunisasi agar terhindar dari cacat. Dan saat itu, mereka memulai experimen mereka dengan membedah salah satu staff panti tersebut untuk mencari tahu perbedaan antara otak manusia dewasa dan anak-anak. Sambil mencari ‘tombol kematian’ tersebut agar dapat memulai eksperimen gila mereka.
Korban pertama eksperimen tersebut adalah anak yang paling tinggi di antara semua anak di panti tersebut. Mereka mulai membelah kepala anak itu dan mengangkat ‘tombol kematian’nya. Namun naas, saat kepalanya di tutup, anak ini kemudian tewas dan mayatnya di buang begitu saja di hutan belakang panti asuhan tersebut.
Setelah mendapat banyak peralatan baru dan menggunakan metode-metode yang berbeda di setiap penelitiannya. Para ilmuwan ini akhirnya berhasil mengangkat ‘tombol kematian’ tersebut dan membangunkan banyak pasien mereka dan pada tahun 1943, mereka sukses mengangkat ‘tombol kematian’ seorang gadis termuda di panti tersebut, namun sayangnya gadis kecil ini kehilangan kemampuan untuk berkeringat. Para ilmuwan ini merasa begitu senang dan berpesta pora dan akhirnya mereka beristirahat untuk sementara waktu.
Permainan ini menyimpan banyak misteri dikarenakan lirik lagunya yang begitu misterius. Kira-kira seperti ini liriknya :
Kagome Kagome kago no naka no tori wa
** Kagome kagome burung dalam sangkar
Itsu Itsu deyaru yoake no ban ni
**Kapan kapan kau keluar? Saat malam dini hari
Tsuru to kame to subetta
** Burung jenjang dan penyu tergelincir
Ushiro no shoumen daare
** Siapa yang ada tepat di belakang?
Salah satu kisah tragis yang terkait dengan lagu ini adalah kisah anak-anak panti asuhan di Jepang yang menjadi objek eksperimen berbahaya para ilmuwan Nazi (Jerman). Kisah ini terjadi saat & setelah perang dunia ke-2 berakhir.
Di sebuah bukit daerah Shimane, dekat dengan area Hiroshima. Banyak ilmuwan Nazi gila yang melakukan eksperimen tidak bisa diterima oleh akal sehat. Ilmuwan-ilmuwan ini (Nazi) di kenal sebagai ilmuwan yang sering melakukan eksperimen aneh dan selalu tersembunyi di bawah radar. Dan kali ini, mereka ingin meneliti sebuah 'keabadaian'. Mereka beranggapan, di dalam otak terdapat ‘tombol kematian universal’ yang aktif setelah otak manusia berkembang dan tombol inilah yang mengatur kematian seseorang.
Para ilmuwan gila ini mengemukakan bahwa mereka bisa mengangkat ‘tombol’ tersebut dan memberikan manusia sebuah keabadian dan eksperimen ini pun berlangsung pada tahun 1942. Mereka memilih sebuah panti asuhan di Jepang sebagai tempat eksperimen mereka dan objek penelitian mereka adalah anak-anak yang tinggal di panti asuhan tersebut.
Sebelum anak-anak tersebut di teliti, mereka akan melalui tes psikologi dan mendapat banyak imunisasi agar terhindar dari cacat. Dan saat itu, mereka memulai experimen mereka dengan membedah salah satu staff panti tersebut untuk mencari tahu perbedaan antara otak manusia dewasa dan anak-anak. Sambil mencari ‘tombol kematian’ tersebut agar dapat memulai eksperimen gila mereka.
Korban pertama eksperimen tersebut adalah anak yang paling tinggi di antara semua anak di panti tersebut. Mereka mulai membelah kepala anak itu dan mengangkat ‘tombol kematian’nya. Namun naas, saat kepalanya di tutup, anak ini kemudian tewas dan mayatnya di buang begitu saja di hutan belakang panti asuhan tersebut.
Setelah mendapat banyak peralatan baru dan menggunakan metode-metode yang berbeda di setiap penelitiannya. Para ilmuwan ini akhirnya berhasil mengangkat ‘tombol kematian’ tersebut dan membangunkan banyak pasien mereka dan pada tahun 1943, mereka sukses mengangkat ‘tombol kematian’ seorang gadis termuda di panti tersebut, namun sayangnya gadis kecil ini kehilangan kemampuan untuk berkeringat. Para ilmuwan ini merasa begitu senang dan berpesta pora dan akhirnya mereka beristirahat untuk sementara waktu.
Namun,
keesokan paginya, anak ini tidak bangun dari tidurnya dan mengalami
koma. Sayang, para ilmuwan ini tidak menyerah begitu saja, beberapa saat
kemudian entah dengan metode apa, mereka berhasil membangunkannya
kembali dan eksperimen inipun berlanjut.
Kali
ini, eksperimen yang berbeda lagi. Mereka berencana untuk mengamputasi
tangan dari salah satu anak dan menggantinya dengan tangan buatan yang
rencananya akan di kirim dari Moskow, Rusia. Mereka memilih salah satu
anak perempuan dan mengamputasi tangannya begitu saja. Tetapi, tangan
buatan tersebut tak kunjung datang dan anak perempuan itupun hidup
dengan satu tangan saja.
Salah
satu anak panti yang tidak menyukai eksperimen tersebut mulai
memberontak. Ia mencuri dan menghancurkan catatan, peralatan dan merusak
ruangan penelitian mereka. Dibandingkan umurnya yang masih 8 tahun, ia
mengakibatkan banyak kerusakan yang tak sesuai dengan ukurannya. Ilmuwan
senior begitu memandang hina dirinya namun mereka tak melakukan apapun
agar tak menimbulkan kecurigaan.
Mereka
malah menyuruh tentara Nazi untuk menghabisinya. Bocah kecil tersebut
secara brutal dipenggal oleh bayonet tumpul dan mayatnya tidak di kubur.
Ia di buang begitu saja di hutan belakang panti tersebut dan para
tentara mengatakan kepada penjaga anak-anak bahwa ia telah menemukan
keluarga yang baru.
Para
ilmuwan tersebut melanjutkan eksperimen mereka dengan anak-anak yang
sudah dibedah sebelumnya untuk mencoba metode baru mereka. Menyedihkan,
tak ada satupun dari mereka yang selamat. Pada beberapa anak, ada yang
kehilangan dahinya, dagu dan lidahnya di angkat, dan ada yang setengah
kepalanya hilang. Tragisnya, semua percobaan ini tanpa menggunakan obat
anastetik saat anak-anak malang ini dibedah (tanpa dibius terlebih
dahulu agar tidak merasakan sakit).
Bayangkan
saja bagaimana rasa sakit yang di alaminya dan bagaimana jeritan
mereka? Para ilmuwan ini malah berpendapat bahwa eksperimen ini tidak
bekerja pada anak-anak. Sehingga, mereka pun memilih beberapa penjaga
anak-anak (dewasa) untuk di bedah. Dan mengejutkannya mereka semua
selamat dan bertahan.
Saat
eksperimen itu sedang berjalan, beberapa ilmuwan diperintahkan untuk
melihat kondisi dan sikap anak-anak yang masih bertahan. Disinilah
hal-hal aneh mulai terjadi. Di jurnal salah seorang ilmuwan tertulis
“Awalnya
mereka terlihat normal-normal saja seperti anak-anak lainnya. Bermain
dengan ceria, belajar dengan normal tapi jika mereka terpisah dengan
kelompoknya, mereka seperti .. hilang.. mereka mondar-mandir tidak
jelas, dengan senyum kosong di wajah mereka, mereka selalu menatap
langsung kepadamu. Jika di dekati dari belakang, mereka akan berbalik
secepat kilat dan beberapa saat, kau dapat melihat ekspresi yang jahat
di wajah mereka dan akan membuatmu gemetar. Namun kemudian kau akan
sadar mereka hanya sedang membuat senyuman manis di wajah mereka lagi.
Hal
lain yang rasanya seperti mengikuti kami, hanya pada saat kami sendiri.
Setelah selesai dengan ketikanku dan menuju ruanganku, seringkali aku
dikejutkan oleh salah satu anak yang berdiri beberapa meter di lorong
yang gelap dan memandangiku. Ketika aku beranjak menuju ruanganku, ia
mengikutiku dan aku pun langsung menutup pintuku, mengganjalnya dengan
kursi dan kemudian aku tidur dengan tenang. Rasanya mereka seperti hantu
di malam hari. Dan hal yang lucu terjadi, aku sering melihat salah satu
anak dengan rambut yang sedikit kemerahan. Namun saat aku bertanya pada
penjaga, mereka menjawab bahwa tidak ada anak yang seperti itu disini.
Mereka
juga sering bermain bahkan sebelum kami datang. Aku tidak memiliki
banyak pengetahuan tentang Jepang, tapi nama permainan itu sepertinya
‘kagome kagome’ berdasarkan jawaban salah satu translator kami. Beberapa
anak mengelilingi salah satu anak yang duduk di tengah sendirian,
bersama mereka berpengangan tangan dan mulai berjalan mengelilinginya
dengan wajah yang menakutkan sambil bernyanyi lagu yang aneh, kau akan
kalah jika kau curang.
Setelah
berbicara dengan mereka, aku melihat sepertinya mereka lebih banyak
melamun, pelupa dan terkadang pandangan mereka kosong, seolah-olah
eksperimen itu menghapus memori mereka. Tapi sepertinya bukan jenis
lamunan yang polos, namun lebih jahat. Mereka akan melihatmu dengan
pandangan mata yang lebar dan bertanya padamu pertanyaan yang sepertinya
telah mereka ketahui sebelumnya. Salah satunya pernah bertanya “kapan
nenekmu mati, apa benar dia meninggalkanmu sebuah jam tangan berlapis
emas?” rasanya gila, tapi aku menjawabnya dengan jujur “iya .. “
---
Pada
awal tahun 1945 saat Hiroshima di bombardir musuh dan Jerman terkena
denda, eksperimen itu di hentikan. Orang-orang Jerman itu mulai
membereskan alat-alat mereka, sebagian dari mereka sudah ada yang pulang
dikarenakan mental mereka yang hampir gila karena menghadapi sikap
anak-anak tersebut hingga hanya 4 ilmuwan yang tersisa.
Setelah
mengirim peralatan mereka yang terakhir, para ilmuwan itu menganggap
mereka harus berpamitan dengan para penjaga anak-anak tersebut dan
merekapun melakukannya. Dan yang membuat salah satu ilmuwan ketakutan
dan mengejutkan ilmuwan lainnya, kepala penjaga tersebut mengatakan
dalam bahasa Jerman yang fasih “maukah kalian bermain satu permainan
terakhir dengan kami?”
Tiga
dari mereka setuju, dan mereka memulai permainan tersebut. Para ilmuwan
itu mulai menutup mata mereka dan anak-anak beserta penjaganya mulai
mengelilingi mereka.
“Sekarang.. Jika kau curang, kau kalah..”
Satu-satunya ilmuwan yang tersisa lari ketakutan menuju truk terakhir tanpa melihat ke belakang lagi
-SELESAI-
Kisah
ini dikatakan benar-benar terjadi dan kisah ini pun telah dituangkan
dalam sebuah video dan lagu (vocaloid). Bagi yang ingin melihat videonya
menontonnya disini :
SUMBER : http://winter.r2games.com/winter/lp1.html?adid=1000819&fromlink=2&sub_id=53148&__r2_p=MzA2fDIwMTI5
0 komentar:
Posting Komentar