Suasana menyeramkan menyelimuti desa Oradour sur Glane yang terletak
di region Limousin, Barat Tengah Perancis. Kisah kelam masa lalu yang
terjadi membuat desa tersebut tidak berpenghuni selama beberapa puluh
tahun dan dijuluki desa hantu.
Kisah kelam tersebut terjadi pada 10 Juni 1944 saat perang dunia
kedua sedang berlangsung. Desa yang awalnya tenang langsung dilanda
kepanikan menyusul kedatangan pasukan Jerman di bawah pemerintahan
Partai NAZI yang sedang melakukan ekspansi di Eropa.
Kedatangan pasukan Jerman tersebut tidak terlepas dari kabar yang
menyatakan sejumlah rekan mereka disandera milisi yang bersembunyi di
Oradour sur Glane. Pasukan Jerman di bawah komando Adolf Diekmann ini
langsung mengumpulkan seluruh penduduk di alun-alun desa.
Awalnya mereka beralasan sedang mendata dokumen penduduk.
Selanjutnya, pasukan Jerman itu memisahkan penduduk laki-laki untuk
berkumpul di lumbung. Sementara seluruh penduduk wanita dan anak-anak
dikumpulkan di sebuah gereja yang terletak di tengah-tengah desa.
Kemudian aksi pembalasan dan pembantaian pun dimulai. Para prajurit
Jerman tersebut tanpa belas kasihan memberondong kaki seluruh para
penduduk laki-laki dengan senapan mesin. Hal ini bertujuan untuk membuat
mereka mengalami siksaan dan mati perlahan.
Selanjutnya, para prajurit itu dengan keji menyiram lumbung dengan
bensin dan menyulut api yang langsung membakar lumbung beserta 190 tubuh
penduduk laki-laki yang sudah tidak bernyawa hingga tidak dikenali
lagi.
Hal yang sama juga dialami para penduduk wanita dan anak-anak yang
dikumpulkan dan terkunci di dalam gereja. Para prajurit Jerman kemudian
melumuri dinding gereja dengan bensin dan selanjutnya menyulut api yang
langsung melumat bangunan gereja.
Para wanita dan anak-anak yang berusaha melarikan dari melalui
jendela langsung disambut senapan mesin. Pembantaian yang hanya terjadi
dalam hitungan jam ini tercatat telah menghilangkan 247 nyawa penduduk
wanita dan 205 nyawa anak-anak.
Tidak cukup sampai di situ, sebelum hengkang dari desa Oradour sur
Glane, para prajurit Jerman itu sempat menjarah barang-barang berharga
di rumah-rumah penduduk sebelum merusak dan membakarnya.
Sejumlah penduduk berhasil selamat dari insiden tragis itu Salah
satunya wanita berusia 47 tahun bernama Marguerite Rouffanche yang
kemudian menceritakan kekejaman pasukan Jerman itu. Rouffanche bisa
lolos dari pembantaian setelah bersembunyi di semak-semak di belakang
gereja hingga kesesokan pagi.
Kisah Seram
Setelah perang dunia berakhir, jenderal Prancis, Charles de Gaulle
memutuskan untuk tidak merehabilitasi desa Oradour sur Glane yang
porakporanda. Gaulle berusaha mempertahankan kondisi Oradour sur Glane
yang rusak sebagai monumen peringatan kekejaman pendudukan Nazi .
Sementara itu, penduduk Oradour sur Glane yang selamat direlokasi di
daerah baru di sebelah sebelah barat laut dari lokasi pembantaian. Untuk
mengenang tragedi itu, presiden Perancis Jacques Chirac membangun
museum memorial 'centre de la memoire d'Oradour' pada tahun 1999.
Museum yang didirikan di dekat pintu masuk desa berisikan sejumlah
benda yang menjadi saksi kekejaman pasukan Jerman. Seperti jam tangan
yang jarumnya berhenti pada saat pemilik mereka dibakar hidup-hidup,
gelas yang meleleh serta barang pribadi lainnya.
Konon kabarnya banyak cerita dari para pengunjung yang kerap
merasakan ada gerakan dan bayangan misterius di sudut kota mati
tersebut. Dan tempat yang palung membuat bulu kuduk merinding adalah
lokasi pemakaman massal dam monumen kota.
sumber : http://neomisteri.com/2013/09/kisah-oradour-sur-glane-desa-hantu-di-barat-prancis/
Selasa, 05 Januari 2016
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar