Aku adalah seorang pemberani. Meskipun aku seorang perempuan, namun aku tak percaya dengan hantu dan segala hal yang bersangkutan tentang mereka. Sebenarnya di daerah tempatku tinggal, ada sebuah legenda yang menyebar. Sebagian orang benar-benar memercayai cerita itu.
Aku baru selesai membacanya malam ini, dan aku memutuskan untuk mencari tahu kebenaran legenda konyol itu. Legenda itu mengatakan bahwa jika kau tidur di ranjang yang muat ditempati oleh dua orang, dan jika kau tidur hanya di salah satu sisinya, maka akan ada�sesuatu�yang datang. Jika�dia�terlanjur datang, tidurlah. Jangan pedulikan segala sesuatu yang sedang dilakukannya. Jika kau tak bisa tidur, jangan biarkan dia tahu.�Atau kau akan menghilang dibawa olehnya, ditelan bersama kegelapan malam�.
Aku menantang nyaliku. Untungnya hari ini orang tuaku sedang pergi dan menginap semalam di rumah kenalan mereka sehingga aku bisa menempati tempat tidur mereka. Tidak sopan memang, namun kasur di kamarku hanya bisa untuk satu orang saja.
Malam ini, aku akan menantang makhluk itu. Aku tidur hanya di salah satu sisi ranjang.
Dan ketika aku bangun keesokan harinya, benar-benar tidak terjadi apa-apa.
Huh, ternyata legenda itu hanya membual.
***
Aku turun untuk sarapan bersama orang tuaku. Sarapan dipukul setengah sembilan pagi. Benar-benar hebat. Aku memulai sarapan dulu, meski ibuku belum kunjung bergabung dengan kami.
�Nak,di mana Kamu sembunyikan guling Mama?� Nah, itu dia ibuku. Pagi-pagi seperti ini sudah mengatakan hal yang tidak-tidak.
�Aku tidak tahu. Lagi pula aku tidak menyembunyikan guling Mama.�
�Memangnya gulingmu hilang? Sudah diperiksa di bawah tempat tidur belum? Siapa tahu jatuh,� ucap ayahku. Dan Ibuku menggeleng sebagai balasan.
�Sudah aku cek. Tapi tidak ada di mana-mana. Oh ya, sepertinya kasur kita harus dibersihkan. Banyak sekali sarang laba-labanya.�
Dan percakapan pagi itu kembali berlanjut ke hal yang tidak terduga.
***
Seminggu setelah kejadian
itu, aku menginap di pavilliun keluarga bersama kedua orang tuaku dan kerabat. Tapi aku tidur di lantai dua, dan mereka tidur di lantai satu.
Satu-satunya alasanku ikut di acara keluarga seperti ini hanya untuk memastikan kembali legenda itu. Tempat tidur kamar atas memiliki kasur King Size. Aku melakukan hal ini lagi karena bermula dari teman-temanku yang tak percaya mengenai ceritaku, dan mereka hanya tertawa mengatakan aku berbohong padahal aku sudah sampai bersumpah-sumpah.
Maka dari itu aku benar-benar ingin membuktikan kebenarannya. Aku bahkan sampai menaruh kamera di meja yang menghadap tempat tidur. Aku sudah meminum kopi, jadi aku tidak akan mengantuk dan bisa melihat sosok hantu itu.
Aku berbaring di salah satu sisi ranjang, tidur menghadap dinding. Aku terus menantikan kehadiran makhluk itu. Namun, hingga aku setengah mengantuk, tak terjadi apa-apa. Ketika jam dinding menunjukkan pukul satu malam, aku memutuskan untuk tidur. Sepertinya makhluk itu benar-benar tak nyata.
Dan, didetik berikutnya pendapatku tersanggah telak.
Perlahan-lahan, aku merasakan ada sesuatu yang berat di sampingku. Aku tak berani menoleh. Hawa dingin langsung menyergap, meski jendela kamar sudah kututup sepenuhnya. Mataku setengah terpejam. Dan ketika kulirik ke arah pantulan bayangan di dinding, aku hanya bisa membatu. Sebuah tangan ringkih, keriput, dan berkuku panjang sedang mencengkram pundakku.
Aku menahan perih. Kuku panjang tangan itu merobek kulit di pundakku, namun aku tak berani bangun. Aku bahkan sampai menahan napasku, ketika kurasakan tempat tidur ini berlonjak-lonjakan tak beraturan. Aku mengintip lagi melalui bayangan, dan�dia sedang loncat naik turun di sampingku.
Sosok itu memiliki rambut panjang kusut dan tangan yang hanya tinggal�seperti�tulang saja. Bahkan hanya dengan melihat bayangannya saja, aku sudah tahu kalau sosok itu benar-benar menyeramkan.
Aku percaya. Aku percaya. Aku percaya. Cepat pergilah.
Aku terus menggumamkan kalimat itu dikepalaku, selayaknya sebuah mantra.
Tiba-tiba lonjakan di tempat tidur berhenti. Aku bisa sedikit mengendurkan urat syarafku�dengan mata yang masih terpejam. Namun bukannya merasa lega, bahaya benar-benar sedang mengancamku. Hawa dingin seakan sedang merayap melingkupi tubuku secara perlahan-lahan. Dimulai dari kaki, pinggul, punggung, dada, leher, dan sedang menuju kepalaku.
Oh Tuhan, tolong selamatkan aku.
Puncaknya, tangan itu memegang puncak kepalaku. Memaksa agar mataku menatap matanya.�Menyeramkan. Aku takut.
�Aku tahu Kau sudah bangun.�
Aku tak bisa berkata apa-apa. Aku benar-benar takut. Aku ingin keluar dari tempat ini. Tuhan, tolong aku.
Mataku membelalak, dan suhu badanku naik serta diperparah dengan deguban jantungku yang menguat. Tangannya yang memiliki kuku-kuku panjang dan runcing, mengacung tepat di depan mataku. Napasku memburu. Perlahan tangan itu semakin dekat�.
�AAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!!!�
�jangan biarkan dia tahu kalau kau belum tidur�
sumber : https://www.facebook.com/291950577568649/photos/a.293141097449597.63835.291950577568649/826142497482785/?type=3&theater
0 komentar:
Posting Komentar