Sabtu, 14 November 2015


Ujian Cinta
Ujian Cinta adalah sebuah cerita menakutkan dari Jepang tentang seorang gadis cantik yang sangat ditakuti oleh seorang pemuda yang ingin mengencaninya. Cerita ini berdasarkan cerita rakyat Jepang yang ditulis oleh Lafcadio Hearn pada bukunya di “Of Ghost and Goblins – Section 6”.
Bertahun-tahun yang lalu, di Jepang, ada seorang gadis kecil yang tinggal bersama orangtuanya di sebuah desa yang terpencil. Gadis itu sangat menarik, dengan rambut panjangnya yang hitam, kulit putih bersih dan mata oval yang menakjubkan. Pemuda-pemuda dari seantero Jepang berdatangan dari jauh hanya untuk memohon agar dapat berkencan dengannya.
Dengan makin merebaknya kecantikan gadis ini di seluruh daerah sekitar sana, semakin banyak pria yang datang mengunjungi pintu rumahnya, menunjukkan rasa cinta mereka padanya dan memohon agar bisa membawanya keluar di sore hari.
Walau demikian, tidak satu pun pemuda bisa bertahan lebih dari sekali kencan dengannya. Sebelum malam berakhir, mereka semua terlihat berlari tergesa-gesa, berteriak dengan ketakutan. Tiada dari mereka ingin membicarakan apa yang terjadi dan semuanya menolak untuk bertemu dengan gadis itu lagi.
Tak lama kemudian, para pemuda berhenti mengunjunginya dan orangtua gadis itu mulai khawatir bahwa anak perempuannya tidak akan pernah memiliki seorang suami. Rumor pun mulai berkembang di sekitar desa tersebut. Orang-orang mengatakan bahwa pasti ada yang salah dengan gadis cantik itu. Sebagian orang penasaran apakah dia memiliki kepribadian yang sangat buruk. Sebagian lagi berpikir bahwa mungkin dia memiliki tubuh yang cacat hingga membuat para pemuda itu pergi menjauhinya.
Orangtuanya sungguh terheran-heran. Mereka tidak dapat mempercayai mengapa banyak pemuda sangat ketakutan dengan putri mereka. Dia selalu bersikap manis, sopan, sifatnya juga rendah hati dan menyenangkan. Dia belajar keras di sore hari dan tidak pernah mengeluh ketika ibunya memintanya melakukan tugas rumahan.
Suatu hari, ketika ayahnya keluar ke kebun, memotong rumput di padangnya, seorang pemuda berjalan melintas di jalur kebun tersebut.
“Apa yang kau inginkan?” tanya lelaki tua itu.
“Aku ingin mengajak anak gadis anda keluar.” kata pemuda.
Sang ayah lalu gembira. “Mari sini.” katanya, dan dia dengan senang hati memperkenalkan pemuda itu dengan anak perempuannya yang cantik. Gadis itu kelihatan sangat pemalu dan tidak pernah menatap langsung pemuda tersebut. Dia berbicara lemah lembut, suaranya hampir seperti berbisik-bisik dan kapan pun pemuda itu membalasnya, pipinya akan merona.
Di samping itu, pemuda ini kelihatan hanyut dalam kecantikannya dan mencoba mengajaknya keluar berkencan. Gadis ini menerimanya dan mengantar pemuda itu ke pintu ketika ingin pamit.
“Tidak sekarang,” bisiknya. “Datanglah kembali tengah malam dan hati-hati jangan mengetuk terlalu keras atau kau akan membangunkan orangtuaku.”
Pemuda itu tertegun tapi dia tetap kembali malam itu dan mengetuk pelan-pelan jendela kamar tidur sang gadis. Tiba-tiba, jendela itu terbuka dan gadis itu memanjat keluar.
“Sebelum aku ikut denganmu, kau harus berjanji padaku suatu hal.” bisik gadis itu.
Pemuda itu mengangguk tanpa ragu.
“Aku ingin kau melakukan sebuah ujian atas cintamu,” katanya. “Jika benar-benar mencintaiku, kau pasti akan melewati ujian ini. Berjanjilah padaku bahwa jika saja dirimu gagal, kau tidak akan pernah memberitahukan orang lain tentang apa yang terjadi malam ini.”
Sang pemuda tidak bisa membayangkan apa yang ada di pikiran gadis cantik ini tapi dia menyetujuinya tanpa menanyakan alasan. Dengan tangan yang menempel di dadanya, dia berjanji, “Aku bersumpah sebenar-benarnya bahwa aku tidak akan menyampaikan sepatah kata pun dari malam ini kepada siapa pun.”
“Baik. Ikuti aku.” kata gadis itu.
“Dimana kita akan pergi,” tanya pemuda tersebut, tapi sang gadis tidak menjawabnya.
Saat itu malam sangat gelap dan bulan bersembunyi di balik awan-awan. Di Jepang, konon malam-malam seperti inilah para hantu berkeliaran di bumi. Kedua insan itu bisa mendengar suara lolongan anjing yang mengerikan dari kejauhan. Mereka berdua menyelinap di antara jalan-jalan pedesaan hingga mereka tiba ke sebuah hutan.
Gadis itu dengan cepat masuk ke dalam jalur yang gelap dan penuh dengan tumbuhan liar, pemuda itu bahkan harus berlari agar dapat mengikutinya. Jalur itu dikelilingi oleh pepohonan yang lebat menjulang ke atas seperti raksasa yang menakutkan. Dan akhirnya, mereka tiba ke sebuah pemakaman kuno.
Bulan lalu muncul di belakang awan-awan, memberi pendar cahayanya yang pucat dan pemuda itu bisa melihat batu-batu nisan yang dilapisi dengan lumut dan tumbuhan yang merambat di sekelilingnya.
Gaun malam sang gadis terlihat berombak-ombak mengikuti angin lembut yang bertiup malam itu. Dia berdiri di ujung sebuah makam yang kelihatannya masih baru. Ketika pemuda itu melihat, gadis itu lalu mengambil sebuah sekop tua yang berkarat dan mulai menggali, menghambur rumput-rumput dan kotoran di mana-mana. Kemudian, dia menurunkan lututnya dan menyingkirkan kotoran yang tersisa hingga dia dapat membuka peti mayat yang ada di bawahnya.
Keterkejutan sang pemuda terlihat oleh gadis itu ketika mengangkat pandangannya ke atas. Dia kemudian membuka kain kafan putih di hadapannya, dan merobek sebuah lengan dari jasad yang ada di dalamnya. Lalu dia menggigit lengan itu diantara giginya dan mengambil sebuah potongan besar. Gadis itu mengunyah dengan keras seraya menatap pemuda itu.
“Ini ujiannya,” desis gadis itu. “Jika kau mencintaiku, kau akan melakukan apa yang kulakukan … Kau akan makan apa yang kumakan.”
Dengan begitu, dia menarik lengan yang lainnya terlepas dari jasad tadi dan menyodorkannya ke pemuda itu. Pemuda itu tidak menyisakan sedikit waktu pun untuk berpikir. Dia mengambil lengan itu dan mengunyah sepotong gigitan besar.
Namun kini dia lebih terkejut lagi. Dia tidak pernah membayangkan daging manusia bisa seenak ini. Tiba-tiba dia menyadari bahwa dia bukan memakan jasad orang mati sama sekali. Itu semua hanya tipuan. Jasad itu hanyalah gula-gula, terbuat dari tepung beras dan gula.
Gadis cantik itu langsung meledakkan tawanya. “Kau tahu, dari semua laki-laki yang datang untuk mengajakku berkencan, hanya dirimu satu-satunya yang tidak melarikan diri. Aku ingin menikahi seseorang yang pemberani dan ini membuktikan kaulah orang itu. Sekarang, aku bisa jatuh cinta padamu.”
Pemuda itu tidak melebarkan senyumannya sedikit pun, dia hanya berdiri di sana dalam kegelapan – di ujung makam tersebut, hanya memandangnya. Matanya terisi dengan amarah dan kebencian.
“Hanya gula-gula?” geramnya. “Aku pikir kau sama denganku.”
Setelah itu, dia mengambil sekop tadi dan mulai menggali makam yang lainnya. Ketika dia mengeluarkan sebuah peti mati, dia merusaknya agar terbuka dan mulai melahap jasad yang ada di dalamnya.
Kali ini gadis itulah yang berlari dengan menjerit.
sumber : https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=653066518123718&id=291950577568649&substory_index=0


0 komentar:

Posting Komentar